Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

3 Hal yang Menyebabkan Guru Tak Lagi Dibutuhkan

Ketika Guru Tak Lagi Dibutuhkan
Ada 3 hal yang memungkinkan seorang guru tak lagi dibutuhkan (ilustrasi).

Jika sudah ada yang baru, jika sudah ada yang lebih baik, dan atau jika sesuatu itu semakin menurun fungsinya, maka sesuatu itu biasanya tak lagi dibutuhkan. Dalam kehidupan ini, telah banyak sesuatu yang tadinya dibutuhkan, saat ini tinggal kenangan. Tak mampu beradaptasi dengan kondisi kekinian, asyik dengan zona nyaman yang statis, dan menganggap fungsi dan manfaatnya telah maksimal, adalah merupakan “penyakit” yang sering menjangkiti sesuatu yang akan terlupakan dan tak lagi dibutuhkan.

Sesuatu itu bisa alat, bahan, dan atau manusianya. Bagaimana dengan profesi guru? Banyak yang dengan lantang mengatakan bahwa, meski saat ini alat, sumber belajar dan informasi sudah semakin modern, namun fungsi guru tak mungkin tergantikan. Mustahil ada sesuatu yang dapat berfungsi layaknya guru dalam proses pembelajaran, khususnya di kelas-kelas. Sarana dan prasarana bagaimanapun canggihnya di dalam kelas, guru akan selalu dibutuhkan. Selain untuk mengoperasikan atau menjalankan semua sarana dan prasarana yang ada, sejatinya yang juga penting adalah bagaimana menanamkan karakter dan budi pekerti kepada siswa.

Jika hal tersebut sebagai alasan sehingga guru dikatakan tak tergantikan, maka tepatlah hal tersebut. Namun, kalau kedua hal yang teramat penting tadi tidak mampu diemban oleh guru, maka profesi pahlawan tanpa tanda jasa tersebut boleh jadi tak lagi dibutuhkan. Mungkin saja orangnya dan jabatannya masih ada sebagai guru, masih berdiri di depan kelas yang berisi siswa-siswa, namun hakikat guru yang diembanya sudah tercerabut di mata siswa-siswanya khususnya dan bangsa ini pada umumnya.
 

Ada 3 hal yang memungkinkan seorang guru tak lagi dibutuhkan, antara lain:


Tak mampu beradaptasi dengan kondisi kekinian

Guru tidaklah sama dengan pelatih dalam hal kompetensi. Kebanyakan pelatih dari segi teorinya memang andal, namun praktik belum tentu. Contohnya, pelatih sepak bola. Dia tak akan mampu bersaing dengan yang dilatihnya dalam hal bermain sepak bola. Lain halnya dengan guru, dia harus lebih dari siswanya, baik teori maupun praktiknya. Oleh karena itu, guru harus selalu mengembangkan diri sehingga tidak tertinggal dengan siswanya. Bahkan, seyogianya guru harus lebih dan mampu memperkenalkan sesuatu yang baru pada kondisi kenantian. Ketidakmampuan guru untuk “memaksa diri” belajar dan terus belajar demi pengembangan dirinya, akan membuatnya tak lagi dibutuhkan.

Asyik dengan zona nyaman yang statis

Kenyamanan dengan keadaan sekarang tentu sesuatu yang wajar, asalkan arahnya lebih baik. Namun, jika itu membuat seseorang menjadi statis atau bahkan semakin larut dengan kelemahannya, tentu keadaan itu harus disingkirkan. Guru dengan kondisi kesejahteraan yang semakin baik, tentu diharapkan berada pada zona nyaman semakin mengembangkan diri dan menjadi guru pembelajar. Tetapi jika yang terjadi sebaliknya, dengan menganggap kesejahteraan yang semakin baik adalah puncak dari usahanya, sehingga membuatnya merasa telah tercapai tujuannya menjadi seorang guru, maka diapun mengungkung diri pada zona nyaman yang statis. Maka, hal tersebut dapat saja membuatnya juga tak dibutuhkan lagi.

Menganggap fungsi dan manfaatnya telah maksimal

Mengagungkan diri sendiri karena merasa telah berbuat maksimal, bisa membuat seseorang lupa bahwa tak ada yang sempurna selain Dia. Menganggap diri selalu kurang dan terus berusaha menambah kekurangan tersebut adalah tindakan yang positif. Guru sebaiknya bersikap demikian. Selalu berusaha melakukan kreasi dan inovasi demi agar siswa mendapat yang terbaik darinya. Jika seorang guru merasa bangga terhadap hasil yang diperolehnya seperti para siswanya yang berhasil, itu adalah sesuatu yang wajar. Namun, kebanggaan yang membuat guru berhenti melakukan perbaikan dan pengembangan, adalah sesuatu yang mesti dihindari. Guru tidak sekadar berhasil sekali, lalu setelah itu cukup. Menganggap fungsinya sebagai guru serta manfaat yang diperoleh siswa, merupakan puncak usahanya, merupakan hal yang sangat terburu-buru. Hal seperti itu, nantinya dapat membuat dirinya tak dibutuhkan lagi.

Baca juga: Guru Sebagai Insan Pembelajar

Oleh karena itu, guru harus menghindari ketiga hal tersebut. Guru harus selalu mengembangkan diri sesuai kondisi kekinian dan kenantian, guru sejatinya terus berada pada zona nyaman sebagai guru pembelajar, dan senantiasa berusaha agar menjadi lebih baik. Semoga semua guru tetap dan semakin dibutuhkan sampai kapanpun. Sekian.

*) Ditulis dan dikirim untuk SekolahDasar.Net oleh Muh. Syukur Salman. Guru SD 71 Parepare