Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Integritas Budaya dalam Pendidikan

Budaya Indonesia dan pendidikan Indonesia sangat penting untuk diintegrasikan.
Siapakah Gatutkoco itu? Kalau orang-orang disekitar kita atau kita sendiri mendengar pertanyaan seperti itu sudah pasti dapat ditebak jawabannya, banyak yang tidak kenal atau bahkan tidak tahu dengan tokoh wayang tersebut. Sebaliknya, begitu ditanya siapa Sponge Bob atau Naruto? Maka, seseorang itu akan bercerita panjang lebar tentang Sponge Bob atau Naruto tersebut. Ironis sekali. Mau dibawa kemana generasi kita dalam memahami seni budaya? Itulah persoalan mendasar yang tidak hanya menggelititik ranah kalbu untuk diperbincangkan, melainkan harus diperdebatkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, agar mampu menyeleksi nilai-nilai budaya luhur untuk dilestarikan dan dikembangkan oleh generasi bangsa.

Telah lebih dari separuh abad masyarakat Indonesia berjuang mengentas garis kemiskinan dan salah satu cara jitu untuk mewujudkannya adalah dengan gencarnya promosi wajib belajar bagi usia tertentu. Fakta ini mencuatkan sebuah kesimpulan bahwa pendidikan Indonesia adalah penting untuk mendasari kemajuan negara. Namun sayangnya pendidikan yang telah digulirkan lebih dari separuh abad ini tidak juga menunjukkan hasil yang signifikan pada peningkatan sumber daya manusia dan tercapainya kemakmuran.

Faktanya, pendidikan Indonesia sampai saat ini masih dilaksanakan secara terpisah dari peran budaya Indonesia. Hal ini menyebabkan belum tercapainya keberhasilan dalam pergeseran budaya menuju arah yang lebih mantap dalam kehidupan berbangsa. Hingga saat ini pendidikan Indonesia masih terbatas pada penekanan kecerdasan akal yang terefleksikan dalam sistem kompetensi akademik kognitif di seluruh sekolah di Indonesia.

Sistem pendidikan Indonesia telah dinyatakan gagal dalam mencetak generasi muda yang berbakat dan sekaligus memiliki penghormatan pada nilai budaya di Indonesia. Oleh karena itu, agar dapat mewujudkan Indonesia makmur dengan kekayaan budayanya, sistem pendidikan Indonesia perlu dirombak agar selain berperan sebagai pencetak keunggulan generasi muda juga sebagai pusat pembudayaan.

Kecenderungan yang berkembang tentang pemahaman masyarakat terhadap budaya selalu dikaitkan dengan kesenian. Sebagian besar generasi kita berasumsi bahwa seni tradisional adalah kuno. Maka, secara berangsur-angsur seni tradisi kita lepas tanpa bekas. Contoh kita baru kebakaran jenggot setelah seni Reog Ponorogo dicaplok sebagai seni tradisi Malaysia. Padahal budaya dapat ditafsirkan bahwa, budaya itu bisa berbicara & membahas tentang seni, adat istiadat, iptek (ilmu pengetahuan & teknologi), imtaq (iman & taqwa) budipekerti, bahasa dan seterusnya.

Kenyataan yang ada pada pendidikan saat ini adalah penekanan pada satu aspek kognitif akademik yang terlihat pada UN dan Olimpiade yang belum tentu memberikan dampak positif pada tiap siswa yang memiliki jenis kecerdasan yang berbeda-beda. Pada dasarnya, pendidikan adalah upaya untuk memajukan pergeseran budaya dan kebudayaan masyarakat sekaligus meningkatkan tingkat peradaban. Seharusnya pendidikan juga mencakup lingkup kehidupan masyarakat dan kebudayaan dan tidak terbatas pada lingkup kelas yang diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan Nasional.

Budaya Indonesia dan pendidikan Indonesia sangat penting untuk diintegrasikan. Sebab kebudayaan merupakan akar dari sebuah konstruksi sosial yang bisa mempengaruhi masyarakat untuk lebih maju melalui pendidikan. Namun, kondisi pendidikan saat ini tidak cukup kuat untuk berperan dalam sebuah konstruksi sosial sebab hanya menekankan pada konsep pertahanan budaya yang belum mengarah pada konsep membudayakan masalah budaya.

Berdasarkan fakta pergulatan budaya dalam pendidikan dapat kita petik kesimpulan bahwa kita mampu mempertahankan, melindungi dan mengembangkan budaya lokal, nasional dengan menyerap budaya asing, tanpa meninggalkan nilai-nilai budaya adi luhung, yang tersohor di negeri ini. Yaitu pentingnya mengerti tentang budaya keraton-keraton yang ada di Indonesia. Agar berkembang seiring perkembangan era global yang mampu menghasilkan devisa negara. Contoh, budaya Bali tetap eksis di era global dan sangat membanggakan bagi bangsa Indonesia.

Pertanyaan yang mencuat akankah kita mampu memahami, melindungi dan mengembangkan kekayaan budaya lokal, menjadi budaya nasional yang sangat kaya akan pesan-pesan moral dan nilai-nilai budi pekerti yang adi luhung, serta nilai-nilai agama yang sangat hakiki? Semua itu kembali kepada pribadi dan stakeholder kita. Dengan prinsip pola pikir harus terbuka, siap berubah dan kompetitif. Semoga!

*) Ditulis oleh Loresta Putri Nusantara Kasih. Guru di SD Muhammadiyah 9 Malang