Hanya 27 Persen Anak Asmat Nikmati Pendidikan Dasar
Jum'at, 16 Desember 2005 | 11:30 WIB
TEMPO Interaktif, Jayapura:Bupati Asmat, Yufensius Alfonsius Biakai mengungkapkan, hanya 27 persen anak usia sekolah dasar di wilayahnya yang mengenyam pendidikan.
Hal itu antara lain disebabkan terbatasnya tenaga guru, dan banyak orang tua yang belum sadar akan manfaat pendidikan, sehingga mereka lebih suka membawa anak-anaknya ke hutan untuk mencari nafkah.
"Ini sangat memprihatinkan. Potret rendahnya pendidikan di Asmat tidak akan berubah jika masyarakat masih mempertahankan budaya lama dan kuno tersebut," kata Yufensius kepada Tempo, Jumat (16/12).
Untuk mengatasinya, anak-anak yang telah duduk di bangka SMA ada yang mengabdikan diri menjadi tenaga guru honorer di kampungnya. Selain itu, kata Yufensius, Pemda Asmat mulai tahun depan akan membuka Pendidikan Guru Sekolah Dasar atau Diploma II guru dengan melibatkan sejumlah guru bantu dan guru honor yang sudah mengabdikan diri dalam beberapa tahun terakhir.
"Ditambah dengan dana Bantuan Operasional Sekolah yang disalurkan oleh pemerintah pusat, semoga saja banyak tenaga guru yang lebih termotivasi untuk menjadikan anak-anak Asmat menjadi pandai," paparnya.
Kabupaten Asmat merupakan daerah pemekaran dari Kabupaten Merauke. Daerah itu sebetulnya bukan lagi daerah primitif dan terisolir. Bahkan sejak Februari 2004, Asmat telah ditetapkan oleh PBB sebagai situs warisan dunia.
"Seharusnya masyarakat Asmat harus lebih memacu diri mengejar ketertinggalan dalam bidang pendidikan," kata Yufensius. Lita Oetomo
TEMPO Interaktif, Jayapura:Bupati Asmat, Yufensius Alfonsius Biakai mengungkapkan, hanya 27 persen anak usia sekolah dasar di wilayahnya yang mengenyam pendidikan.
Hal itu antara lain disebabkan terbatasnya tenaga guru, dan banyak orang tua yang belum sadar akan manfaat pendidikan, sehingga mereka lebih suka membawa anak-anaknya ke hutan untuk mencari nafkah.
"Ini sangat memprihatinkan. Potret rendahnya pendidikan di Asmat tidak akan berubah jika masyarakat masih mempertahankan budaya lama dan kuno tersebut," kata Yufensius kepada Tempo, Jumat (16/12).
Untuk mengatasinya, anak-anak yang telah duduk di bangka SMA ada yang mengabdikan diri menjadi tenaga guru honorer di kampungnya. Selain itu, kata Yufensius, Pemda Asmat mulai tahun depan akan membuka Pendidikan Guru Sekolah Dasar atau Diploma II guru dengan melibatkan sejumlah guru bantu dan guru honor yang sudah mengabdikan diri dalam beberapa tahun terakhir.
"Ditambah dengan dana Bantuan Operasional Sekolah yang disalurkan oleh pemerintah pusat, semoga saja banyak tenaga guru yang lebih termotivasi untuk menjadikan anak-anak Asmat menjadi pandai," paparnya.
Kabupaten Asmat merupakan daerah pemekaran dari Kabupaten Merauke. Daerah itu sebetulnya bukan lagi daerah primitif dan terisolir. Bahkan sejak Februari 2004, Asmat telah ditetapkan oleh PBB sebagai situs warisan dunia.
"Seharusnya masyarakat Asmat harus lebih memacu diri mengejar ketertinggalan dalam bidang pendidikan," kata Yufensius. Lita Oetomo