Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Bahasa Inggris Tak Lagi Wajib Diajarkan Kepada Siswa SD

Sesuai kurikulum 2013, tidak ada strukturnya mata pelajaran bahasa Inggris.

Pelajaran Bahasa Inggris kini tidak lagi wajib diberikan kepada siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Kota Depok. Bahkan sejumlah SD Negeri di Depok kini mengganti muatan lokal (mulok) yang semula diisi Bahasa Inggris menjadi pelajaran Bahasa Sunda.

Penghapusan pelajaran Bahasa Inggris di jenjang SD di kota Depok ini didasari oleh siswa Sekolah Dasar yang memang difokuskan untuk menggunakan bahasa Ibu, atau Bahasa Indonesia sehingga tidak terlalu wajib mempelajari bahasa Inggris.

"Sesuai kurikulum 2013, tidak ada strukturnya mata pelajaran bahasa Inggris di situ," kata Kepala Seksi Kurikulum Sekolah Dasar, Dinas Pendidikan Kota Depok Suhyana yang SekolahDasar.Net kutip dari Medcom (20/07/2019).

Namun, Suhyana menegaskan Dinas Pendidikan Kota Depok tidak melarang apabila kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Bahasa Inggris tetap dilakukan di Sekolah Dasar Negeri, tergantung dari kebijakan yang disepakati oleh pihak sekolah.

"Ya kita, tegaskan bukan berarti hilang atau tidak boleh. Artinya manakala ketika pelajaran bahasa Inggris ada dukungan dan disesuaikan dengan keinginan orang tua murid, staf pengajarnya juga ada kenapa tidak untuk tetap diadakan," tegasnya.

Menurutnya, kebijakan penghapusan Bahasa Inggris memberikan dampak positif, anak menjadi fokus pada mata pelajaran yang diberikan oleh sekolah. Diberlakukannya kurikulum 2013 tanpa pelajaran Bahasa Inggris dan Informasi Tekhnologi (PIK) bertujuan agar kedua mata pelajaran tersebut terintegrasi dengan mata pelajaran lain.

"Di sini, diharapkan kedua pelajaran tersebut ada hanya karena kebutuhan. Oleh sebab itu, bahasa Inggris di Kota Depok ujung-ujungnya hanya sebagai kegiatan ekstrakurikuler saja," pungkasnya.

Orang Tua Sesalkan Materi Bahasa Inggris SD Dihapus


Dihapuskannya pelajaran Bahasa Inggris di sejumlah sekolah di Sekolah Dasar Negeri di Kota Depok menuai protes orang tua murid. Salah satunya, Yatin yang menyesalkan kebijakan ini. Menurutnya Bahasa Inggris materi yang seharusnya penting bagi anak milenial saat ini.

“Semua gadget dan alat komunikasi juga menggunakan Bahasa Inggris. Jadi sedih saja kalau sampai anak-anak SD masuk SMP enggak ngerti sama sekali (Bahasa Inggris),” kata Yatin.

Ia merasa kebijakan pemerintah kali ini tidak masuk akal. Karena dengan adanya pelajaran Bahasa Inggris bukan alasan mereka bisa melupakan bahasa nasional dan bahasa ibu (Bahasa Indonesia) mereka.

“Sungguh aneh. Apa yang ditakutkan dengan Bahasa Inggris. Pelajaran Bahasa Inggris tidak menurunkan nasionalisme anak-anak jika ditakutkan bahwa Bahasa Inggris jadi bisa mengalahkan Bahasa Indonesia,” papar Yatin.