Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

PENDIDIKAN BAHASA DAERAH DI SEKOLAH

PENDIDIKAN BAHASA DAERAH DI SEKOLAH

Oleh Heronimus Delu Pingge*

Format pendidikan Indonesia yang mengakomodasi semua bentuk perbedaan atau pluralisme masih jauh dari harapan. Benni Setiawan dalam bukunya yang diterbitkan tahun 2006 dengan judul “Manifesto Pendidikan Di Indonesia” memaparkan pleido terhadap dunia pendidikan “kembalikan hak-hak pendidikan rakyat”. salah satu tawaran bentuk pendidikan oleh Benni adalah pendidikan budaya.

Disini perlu dibatasi pendidikan budaya tersebut. Pendidikan budaya yang dimaksud adalah Pendidikan Bahasa Daerah. Perlunya pendidikan bahasa daerah karena pendidikan harus dikembalikan pada realitas budaya masyarakat beragama. Kurikulum yang berlaku saat ini membuka peluang untuk memasukkan pendidikan bahasa daerah sebagai matapelajaran muatan lokal. Penerapannya harus sedini mungkin mulai dari tingkat paling dasar yakni Sekolah Dasar (SD).

Faktor lain perlunya pendidikan bahasa daerah adalah situasi saat ini anak-anak muda tidak lagi menggunakan bahasa daerah dengan fasih, lancar dan benar. Mereka telah sibuk untuk menghafal kosakata bahasa prokem (gaul) yang berkembang saat ini. Mereka tidak lagi dapat menggunakan tatanan bahasa untuk menghadapi lawan bicara sesuai umurnya.

Disini akan dipaparkan tiga hal penting diperlukan pendidikan bahasa daerah. Pertama, perserta didik akan diajarkan bagaimana sejarah kemunculan bahasa atau paling tidak mengerti siapa yang menuturkan pertama bahasa tersebut. Keadaan tersebut akan merangsang peserta didik untuk bangga dengan apa yang ada dimasyarakat dan menghormati jasa leluluhr mereka.

Kedua, bahasa daerah mempunya keuggulan tersendiri. Salah satunya adalah sopan-santun dalam berbahasa. Ketika siswa berbicara dengan yang lebih tua akan diharapkan menggunakan bahasa yang halus (dijawa disebut krama). kepada yang lebih muda dan seumur, juga mempunyai tingkatan yang berbeda. Tingkatan bahasa ini tentunya mempunyai nilai luhur, disinilah perserta didik dilatih perkembangan kejiwaan mereka untuk dapat hormat-menghormati sejak kecil. Dengan demikian ia akan terbiasa dengan sopan dan santun dalamsetiap situasi.

Ketiga, pendidikan bahasa yang diajarkan sejak SD hingga jenjang yang lebih tinggi akan dapat menggali dan mempertahankan kebudayaan setempat. Pelajaran bahasa daerah adalah cerminan penghargaan terhadap khazanah intelektual warisan nenek moyang. Dengan paham bahasa peserta didik tidak akan tercabut dari budaya yang telah membesarkannya.

* Pendidik Prodi PGSD, STKIP Weetebula, Sumba-NTT