Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Nadiem Khawatir Kondisi Ini Makin Berdampak Buruk pada Siswa

Nadiem Khawatir Kondisi Ini Makin Berdampak Buruk pada Siswa

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim terus terang takut melihat situasi pembelajaran di tengah pandemi Covid-19. Bila pembelajaran jarak jauh (PJJ) terus dilanjutkan dikhawatirkan berakibat makin buruk kepada anak. 

Di antara perihal yang dikhawatirkan Menteri Nadiem, akibat dari PJJ yang berkepanjangan ialah hilangnya capaian belajar anak (learning loss) serta memburuknya kesehatan kejiwaan anak-anak Indonesia.


"Saya khawatir dengan kondisi ini, makanya pemerintah terus mendorong terselenggaranya pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas dengan protokol kesehatan ketat dan strategi pengendalian Covid-19 di sekolah," kata Nadiem.

Ia menjelaskan kemungkinan besar anak-anak kehilangan antara 0,8 hingga 1,2 tahun pembelajaran. Jadi, seakan-akan satu generasi kehilangan nyaris satu tahun pembelajaran di masa ini. 

Menurutnya, banyak anak-anak terdampak kesehatan jiwanya akibat pandemi. Mereka kesepian serta trauma dengan suasana ini. Begitupun pula dengan orang tuanya.

Sejak 2020, Kemendikbudristek terus melaksanakan advokasi ke daerah-daerah yang sudah bisa mengadakan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas agar segera menyelenggarakan dengan perencanaan matang serta sistem pengendalian bagus. 

Paling tidak telah terdapat 40 persen sekolah mulai melaksanakan PTM terbatas. Namun, angka itu bagi Nadiem masih kecil.

"Kalau tidak mau makin ketinggalan, kita harus tatap muka dengan protokol kesehatan teraman yang bisa dilakukan," kata Nadiem yang SekolahDasar.Net kutip dari JPNN (30/09/21).

Nadiem membenarkan seluruhnya wajib untuk terus waspada terhadap penyebaran Covid-19 serta memastikan penerapan protokol kesehatan dilaksanakan dengan disiplin. Tetapi, wajib dicermati pula akibat permanen PJJ yang membahayakan.

"Kebutuhan PTM sangat besar dan ini harus dimengerti. Sebanyak 80 sampai 85 persen siswa ingin kembali ke sekolah, kembali tatap muka," tandas Nadiem.