Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Jangan Menjadi Guru Kalau Hanya Ingin Uangnya

Guru bukan hanya mengajar tetapi sekaligus juga harus mendidik
Guru bukan hanya mengajar tetapi sekaligus juga harus mendidik.
Pada pembukaan UUD 1945 jelas tertulis bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Bangsa yang cerdas bukan hanya pintar dalam bidang akademik saja, tetapi pintar juga dalam bidang sifat tatanan prilaku pada kehidupan.

Akhlak yang baik, trampil dalam sikap, sopan dalam tindak, itu semua dapat diperoleh dari pendidikan. Baik pendidikan pada keluarga (in formal), dalam kehidupan bermasyrakat (non formal) maupun pada jenjang pendidikan formal.

Memang pendidikan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Dalam hal ini guru adalah termasuk pemerintah yang bertanggung jawab atas pendidikan formal. Maka dari itu guru dituntut bukan hanya cerdas dalam mentransfer ilmu, tetapi harus cerdas pula dalam mendidik anak.

Para guru yang budiman, prilaku anak bangsa tidak akan terdidik dengan baik kalau kita sebagai guru hanya mengajar saja. Masalah mengajar hanyalah mentransfer ilmu. Apa artinya tuntas dalam mentransfer ilmu kalau sifat dan tingkah laku anak didik kita brutal? Apa arti deretan angka 80 atau 90 kalau usai jam sekolah terjadi tawuran? Perilaku dan sifat kurang hormat dengan orang lain. Apa artinya pendidikan sampai S1, S2, bahkan S3 kalau toh menjadi kuroptor ?

Oleh karena itu tugas guru bukan hanya mengajar tetapi sekaligus juga harus mendidik. Sebelum mendidik tentunya seorang guru harus sudah terdidik, bagaimana mungkin berhasil mendidik orang lain kalau dirinya saja tidak terdidik.

Guru biasanya ditiru dan digugu, maka dari itu berhati-hatilah dalam bersikap dan bertindak. Di mana-mana ada beberapa mata memperhatikan guru, sekali guru salah langkah akan banyak yang terjerumus mengikuti langkah guru.

Sebelum menjadi guru benar-benar harus dipikirkan, apa sudah pantas berdiri di depan kelas yang sifat, tingkahnya ditiru dan digugu oleh anak didik. Jangan menjadi guru kalau hanya ingin uangnya saja, tunjangan profesi yang satu bulan gaji pokok, gaji besar, banyak libur. Jangan menjadi guru kalau belum siap mendidik, karena yang diperlukan bukan hanya pintar mengajar.

Bagi ibu guru kalau berangkat ke sekolah usahakan berpenampilan yang sesopan dan sepantas mungkin. Karena tanpa di sadari kita telah memberi pendidikan dan meninggalkan hal yang membekas pada diri anak. Pakaian kita diperhatikan, tingkah laku kita ditiru mereka.

Bagi bapak guru juga demikian, kalau ada Bapak Guru yang genit atau semacamnya yang sering diberitakan di media, maka bukan tidak mungkin itulah awal mula hancurnya moral calon pekerja dan calon pemimpin bangsa ini karena jelas sifat dan tingkah kita sudah mengarahkan anak menjadi orang yang bebas tanpa aturan.

Wahai para guru sudahkah kita benar-benar siap menjadi seorang pendidik yang profesional? Jawabannya ada pada diri kita masing-masing. Sudah pantaskah kita menjadi orang yang sifat, sikap dan tingkahnya ditiru dan digugu anak didik kita.

Bagi para mahasiswa keguruan atau bagi mereka yang ingin terjun ke dunia pendidikan, sudah siapkah kalian membekali diri untuk menjadi pendidik? Karena mendidik itu lebih berat daripada mengajar. Jangan belajar/sekolah calon guru kalau tujuannya hanya untuk mengincar tunjangan profesi, melihat bidang ini masih terbuka lowongan kerja tetapi harus benar-benar dari dalam diri untuk mendidik dan mengajar para calon penerus bangsa ini.

Jadi mengajar apa mendidik? Ternyata keduanya tidak bisa dipisahkan, mengajar dan mendidik harus benar-benar melekat pada diri seorang guru. Seorang guru di samping pandai mentransfer ilmu juga harus pandai memberi pendidikan yang bisa membuat anak bangsa berperilaku, bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan agama, norma yang berlaku dan yang pasti harus sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Sudah siapkah anda terjun ke dunia pendidikan?

*) Ditulis dan dikirim oleh Hj.Rosmaliyana, S.Pd
Guru SDN Benua Anyar 2 Banjarmasin