Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Reorintasi Pendidikan Luar Biasa dalam Memberdayakan Anak Berkebutuhan Khusus Menuju Pendidikan Untuk Semua

Tema: Reorintasi Pendidikan Luar Biasa dalam Memberdayakan Anak Berkebutuhan Khusus Menuju Pendidikan Untuk Semua

• Implikasi statment pendidikan untuk semua (Education for all) terhadap regulasi kebijakan pemerintah dalam layanan pendidikan ABK. (oleh: Dirjen DIKTI)

Pendidikan merupakan hak bagi seluruh warga Indonesia, hal ini tercantum dalam pasa 5 UU nomor 20 tahun 2003. Warga negara yang memiliki kelainanan fisik, emosioanal, mental, intelektual dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus (ayat 2). Pendidikan adalah upaya membantu peserta didik untuk mengembangan potensi guna menghadapi masa depan. Pendidikan dititik beratkan pada mengembangan potensi anak.

Pada dasarnya anak dapat dibedakan menjadi 3 jenis anak, yaitu anak disable, normal dan gifted. Disable adalah anak yang pada tingkatan terendah, termasuk didalamnya Anak Berkebutuhan Khusus. Anak normal yang biasa dan anak pada umumnya pada tingkat kecerdasan rata-rata. Kemudian anak gifted, yaitu anak-anak yang memilki kecerdasan di atas rata-rata. Ketiga anak tersebut harus atau biasanya melakukan pendidikan (belajar) di tempat yang berbeda. Anak gifted yang biasanya bersekolah di Sekolah Luar Biasa, anak normal yang bersekolah di tempat (sekolah) pada umumnya. Dan anak gifted yang biasanya bersekolah di kelas akselerasi. Ketiga jenis anak tersebut memilki treatment yang berbeda. Tapi, Suatu saat ketiga anak tersebut harus di tempatkan di tempat yang sama. Agar ketiga dapat saling belajar.

Baik atau tidaknya pendidikan (sekolah) apakah anak itu sukses di masa depan, oleh karena itu tidak bisa dinilai sekarang. Dan dalam pendidikan haruslah konsisten apa yang diinginkan, mencari bakat anak didik dan mengembangkannya. Ada pergeseran dari teaching menjadi learning. Apakah anak yang paling pandai di kelas akan menjadi sukses di masa yang kan datang?
“Hati ibarat raja, pikiran itu ibarat perdana menteri, tangan dan kaki itu ibarat prajurit dan pegawai.” Al ghozali

• Deteksi dini aspek medis dan psikologis untuk stimulasi ABK dalam rangka peningkatan mutu layanan ABK (oleh: Dr. Karyono M & Dr. Wisnu W)

Anak berkebutuhan khusus pada umumnya ditujukan pada anak0-anak luar biasa yang dalam penanggananya memerlukan kekhususan sesuai dengan kondisi masing-masing anak. Kelainan-kelainan pada yang termasuk dalam Anak Berkebutuha khusu anatara lain: tuna rungu, tuna netra, celrebral palsy, sindrom down, ADHD, dan autisme.

Tuna rungu, hilangnya pendengaran dapat diklasifikasikan: konduktif, sensorineural tau gabungan keduanya. Konduktif terjadi karena kelainan-kelainan pada saluran pendengaran luar membran tipani atau telingan bagian tengah. Sensorineural karena kelainan-kelainan telinga bagian tengah (sensori) atau pada syaraf pusat delapan.

Tuan netra, hilang atau tidak adanya kemampuan mempersepsikan gambar visual. Kebutan bisa mengenai salah satu bola mata atau keduanya bersifat sementara atau selamanya. Penybab yang sering dijumpai di negara berkembang adalah penyakit infeksi virus pada ibu hamil triwualn pertama campak, cacar air dan herpes okuler, penyakit-penyakit infeksi lain kekurangan vitamin A.

Cerebral Palsy, adalah kelainan non-progresif dari postur dan gerakan disebabkan oleh kelaian pada susunan saraf pusat. Meskipun pada dasarnya dalah kelainan pada motorik tetapi dapat pula berkaitan dengan kelainan perkembangan seperti kekurangan bidang kognitif. Diagnosis klinis
• Keterlambatan motorik/tumbuh lebih lambat dari seharusnya.
• Bertambah atau berkurangnya tonus otot.
• Kelainan lokal pada gerakan, postur dan tonus.
• Kelainan behavioral.
• Kelainan fisik.

Sindroam down (mongolism),kelianan genetik (trisomy 21) yang ditandai dengan maifestasi klinik berupa kelaian fisik yang spesifik dan kelaian neorofisiologi. Wajah seperti ras mongol, gangguan pendengaran, gangguan artikulasidan pernafasan karena lidah yang tebal, ronggga mulut yang rendah, rongga hidung yang sempit.

ADHD (attention deficit hyperactivity disorder) adalah kondisi menahun pada anak-anak dan dapat menetap sampai masa remaja bahkan sampai dewasa. Gealanya antara lain sulit tenang, sulit memperhatikan, sulit mengendalikan perilaku dan hiperaktif.

Deteksi dini adalah kegiatan atau pemeriksaan untuk memenmukan penyimpangan tubuh kembang secara dini agar lebih mudah diintevensi. Perlunya dilakukan deteksi dini, bila penyimpangan terlambat diteksi maka lebih sulit diintervensi dan akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Untuk mengetahui penyimpangan yang terjadi pada anak.

• Kajian teorik dan empirik model penyelenggaraan pendidikan ABK (oleh: Dr Zainal Alimin MA)

Adanya peruabahan cara bepikri dari anak pendidikan khusus atau luar biasa menjadi anak berkebutuhan khusus.
Paradigma Pendidikan Khusus (PLB)
  •  Kecacatan dilihat sebagai aspek utama dan masalah ada pada anak
  •  Anak dikelompokan menurut label kecacatan. Misal: anak tunanetra, tuna grahita dan lian-lain.
  •  Pendekatan yang digunakan medical model.
Paradigma Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
  •  Anak dipandanng sebagai kepribadian yang unik, hambatan dan masalah timbul dari lingkungan.
  •  Akibat dari belajar dan hambatan lingkungan, yang penting apa hambtan bukan individu.
  •  Kergaman atau perbedaan dihormati
  •  Layanan dilakukan dengan inklusif.
  •  Pendekatan yang diguanakan model sosial.

PLB didasarkan diagnosis serta label kecacatan, anak luar biasa dan bersekolah di SLB
ABK didasarkan assesment yaitu mencari masalah dan hambatan.
Fungsi pendidikan kebutuhan khusus
  •  Kompensasi, mengubah lingkungan belajar.
  •  Preventif, guru mencegah timbulnya anak berkebutuhan khusus.
  •  Intervensi.

Tanggapan (komentar)
Pendidikan adalah milik semua, bukan hanya untuk anak normal, tapi juga anak yang memilki kelainan. Pendidikan yang sebenarnya adalah untuk mengembangkan potensi atau bakat yang dimilki anak. Dan tidak ada yang cacat tapi adalah anak yang memerlukan kebutuhan khusus. Dan permasalahannya bukan ada pada anak tapi pada lingkungan, adanya hambatan dari sekitar dan haruslah lingkungan (masyarakat) yang menyesuaikan dengan ABK bukan sebaliknya. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus diharapkan bisa menyiapkannya untuk menghadapi masa depan. Perbedaan setiap anak adalah biasa, karena memang manusia adalah mahkluk yang unik, pengkotak-kotakan anak disable, normal, gifted atau ABK, normal dan cerdas hanyalah label, pendidikan harus bisa mengembangkannya sesuai dengan tingkatannya.

Perlu adanya pengethuan dari guru atau orang tua mengenai pendetksian anak berkebutuhan khusus sejak dini, sehingga akan lebih memudahkan dalam menyiapkan dan mengurangi permasalahan pada nantinya. ABK memang tak ada yang menginginkannya, tapi mereka ada untuk kita belajar jugadari mereka. Setiap anak memiliki keunikan dan ia akan tumbuh serta berinteraksi dengan masyarakat. Mempersiapkan mereka untuk menghadapi masa depan mereka dan mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk sukses mereka adalah peran dari kita semua, pendidik. Tidak ada lagi diskriminasi, pendidikan untuk semua.

Review Seminar oleh: Andri Kurnia Septa