Sajian Sedap Bangun Datar Resep Pembelajaran Matematika SD
Dunia anak-anak adalah dunia bermain dan itu adalah hak asasi mereka. Menjadi sebuah kekeliruan ketika tuntutan akademis menyampingkan hak anak untuk bermain. Karena mesti memahami materi dengan serius yang penyajiannya terkadang begitu membosankan. Otak anak dipaksa untuk memahami materi tersebut. Sehingga sia-sia saja materi disajikan pada anak.
Untuk usia SD (6-12 tahun), sudah lebih dititikberatkan pada nilai akademis. Dengan tidak mengurangi hak bermain mereka. Meskipun situasi yang ada saat ini, anak-anak dipaksa untuk memahami materi dengan belajar yang serius, satu arah dan bersifat punishmen (hukuman). Pembelajaran seperti ini membuat anak terbebani dan dampaknya karakter anak yang seharusnya terbentuk dengan baik menjadi terabaikan. Yang terbentuk kemudian karakter untuk berkompetisi tanpa pandang bulu sehingga tidak lagi memiliki rasa EMPATI yang merupakan budaya bangsa Indonesia. Hal yang sangat dikhawatirkan jika karakter ini akan berimbas pada generasi kita yang di kemudian hari menjadi pemimpin bangsa ini.
Belajar sambil bermain tentu saja memberikan hak anak untuk bermain. Disamping itu materi yang diberikan dapat diserap dengan baik karena ketika penyajian materi diberikan sambil bermain dan semua panca indera dan anggota tubuh terlibat. Sehingga ketika materi diulang kembali anak-anak tidak hanya mengandalkan otak saja untuk mengingat materi sebelumnya. Namun semua panca indera dan anggota tubuh yang terlibat saat materi diberikan seakan menjadi pembantu otak dalam menyegarkan ingatan.
Penyajian mata pelajaran matematika pun dapat dilakukan dengan bermain peran, anak menjadi senang dan lebih kreatif. Pemahaman materi pada anak akan lebih mudah tercapai. Sebuah contoh pembelajaran matematika dengan materi bangun datar. Dengan bermain peran sebagai penyaji makanan yang sedap. Sarankan anak untuk membawa perlengkapan belajar yang dibutuhkan, seperti: telur mata sapi, sosis berbentuk lingkaran kecil dan persegi panjang, irisan tomat berbentuk setengah lingkaran, mie goreng yang sudah dimasak, piring plastik, celemek, 2 buah sumpit, serbet dan plastik sampah.
Buatlah kelompok kecil yang terdiri dari 2 orang anak,kemudian guru mengarahkan anak untuk mulai mengerjakan tugas yang diberikan secara rinci dan runtut, misalnya; pertama siapkan perlengkapan yang dibutuhkan di atas meja masing-masing kelompok, kemudian kenakan celemek agar tidak mengotori pakaian yang digunakan, cuci tangan sebelum melakukan praktek, siapkan piring plastik, lalu letakkan di atas piring plastik tersebut telur mata sapi dengan menggunakan sumpit dan dibantu oleh teman satu kelompok, dilanjutkan dengan meletakkan dua potong sosis berbentuk lingkaran sebagai mata, kemudian irisan tomat yang berbentuk setengah lingkaran letakkan pada bagian kiri dan kanan telur mata sapi tersebut sebagai telinga, dilanjutkan dengan menempatkan potongan sosis yang berbentuk persegi sebagai hidung dan irisan tomat setengah lingkaran yang telah dibuang isinya sebagai mulut. Untuk rambutnya menggunakan mie goreng yang diletakkan pada bagian atas telur tadi. Pekerjaan dilakukan secara bersama-sama, saling membantu. Apabila sudah selesai, maka mencuci tangan dan bersihkan tempat dengan membuang sampah pada tempat yang disediakan dengan terlebih dahulu memasukan pada kantong plastik yang telah disiapkan.
Dari pembelajaran tersebut banyak karakter dan kompetensi yang akan dicapai oleh seorang anak, diantaranya; rasa ingin tahu, keberaniaan mencoba, taat pada peraturan, kerjasama, tertib dan selalu menjaga kebersihan, serta memahami tentang bangun datar dari pembelajaran matematika tersebut.
Kompetensi akan mudah dicapai ketika otak tidak merasa terpaksa. Selain itu belajar sambil bermain menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Sehingga anak-anak akan ketagihan dalam belajar dan tentu saja mereka tidak terbebani karena pembelajaran jadi hal yang menyenangkan bagi mereka. Efek jangka panjangnya anak-anak akan menjadi pembelajar yang baik.
Belajar sambil bermain mampu mengasah disiplin, tanggung jawab, sportifitas, kepemimpinan, percaya diri dan keuletan serta menghargai proses pada anak-anak. Serta banyak karakter lain yang dapat dicapai. Jadi selain sisi akademisnya tercapai karakter-karakter anak mampu dibangun dengan baik. Hal ini akan menjadi bekal bagi masa depan anak. Banyak sudah orang-orang yang unggul karena karakter positif mereka, bukan unggul karena kecerdasan semata.
Ditulis oleh: Agus Bandriyati
Penulis adalah Tenaga Pendidik pada SD Islam At-Taubah, Pulomas, Jakarta Timur
Untuk usia SD (6-12 tahun), sudah lebih dititikberatkan pada nilai akademis. Dengan tidak mengurangi hak bermain mereka. Meskipun situasi yang ada saat ini, anak-anak dipaksa untuk memahami materi dengan belajar yang serius, satu arah dan bersifat punishmen (hukuman). Pembelajaran seperti ini membuat anak terbebani dan dampaknya karakter anak yang seharusnya terbentuk dengan baik menjadi terabaikan. Yang terbentuk kemudian karakter untuk berkompetisi tanpa pandang bulu sehingga tidak lagi memiliki rasa EMPATI yang merupakan budaya bangsa Indonesia. Hal yang sangat dikhawatirkan jika karakter ini akan berimbas pada generasi kita yang di kemudian hari menjadi pemimpin bangsa ini.
Belajar sambil bermain tentu saja memberikan hak anak untuk bermain. Disamping itu materi yang diberikan dapat diserap dengan baik karena ketika penyajian materi diberikan sambil bermain dan semua panca indera dan anggota tubuh terlibat. Sehingga ketika materi diulang kembali anak-anak tidak hanya mengandalkan otak saja untuk mengingat materi sebelumnya. Namun semua panca indera dan anggota tubuh yang terlibat saat materi diberikan seakan menjadi pembantu otak dalam menyegarkan ingatan.
Penyajian mata pelajaran matematika pun dapat dilakukan dengan bermain peran, anak menjadi senang dan lebih kreatif. Pemahaman materi pada anak akan lebih mudah tercapai. Sebuah contoh pembelajaran matematika dengan materi bangun datar. Dengan bermain peran sebagai penyaji makanan yang sedap. Sarankan anak untuk membawa perlengkapan belajar yang dibutuhkan, seperti: telur mata sapi, sosis berbentuk lingkaran kecil dan persegi panjang, irisan tomat berbentuk setengah lingkaran, mie goreng yang sudah dimasak, piring plastik, celemek, 2 buah sumpit, serbet dan plastik sampah.
Buatlah kelompok kecil yang terdiri dari 2 orang anak,kemudian guru mengarahkan anak untuk mulai mengerjakan tugas yang diberikan secara rinci dan runtut, misalnya; pertama siapkan perlengkapan yang dibutuhkan di atas meja masing-masing kelompok, kemudian kenakan celemek agar tidak mengotori pakaian yang digunakan, cuci tangan sebelum melakukan praktek, siapkan piring plastik, lalu letakkan di atas piring plastik tersebut telur mata sapi dengan menggunakan sumpit dan dibantu oleh teman satu kelompok, dilanjutkan dengan meletakkan dua potong sosis berbentuk lingkaran sebagai mata, kemudian irisan tomat yang berbentuk setengah lingkaran letakkan pada bagian kiri dan kanan telur mata sapi tersebut sebagai telinga, dilanjutkan dengan menempatkan potongan sosis yang berbentuk persegi sebagai hidung dan irisan tomat setengah lingkaran yang telah dibuang isinya sebagai mulut. Untuk rambutnya menggunakan mie goreng yang diletakkan pada bagian atas telur tadi. Pekerjaan dilakukan secara bersama-sama, saling membantu. Apabila sudah selesai, maka mencuci tangan dan bersihkan tempat dengan membuang sampah pada tempat yang disediakan dengan terlebih dahulu memasukan pada kantong plastik yang telah disiapkan.
Dari pembelajaran tersebut banyak karakter dan kompetensi yang akan dicapai oleh seorang anak, diantaranya; rasa ingin tahu, keberaniaan mencoba, taat pada peraturan, kerjasama, tertib dan selalu menjaga kebersihan, serta memahami tentang bangun datar dari pembelajaran matematika tersebut.
Kompetensi akan mudah dicapai ketika otak tidak merasa terpaksa. Selain itu belajar sambil bermain menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Sehingga anak-anak akan ketagihan dalam belajar dan tentu saja mereka tidak terbebani karena pembelajaran jadi hal yang menyenangkan bagi mereka. Efek jangka panjangnya anak-anak akan menjadi pembelajar yang baik.
Belajar sambil bermain mampu mengasah disiplin, tanggung jawab, sportifitas, kepemimpinan, percaya diri dan keuletan serta menghargai proses pada anak-anak. Serta banyak karakter lain yang dapat dicapai. Jadi selain sisi akademisnya tercapai karakter-karakter anak mampu dibangun dengan baik. Hal ini akan menjadi bekal bagi masa depan anak. Banyak sudah orang-orang yang unggul karena karakter positif mereka, bukan unggul karena kecerdasan semata.
Ditulis oleh: Agus Bandriyati
Penulis adalah Tenaga Pendidik pada SD Islam At-Taubah, Pulomas, Jakarta Timur