Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Jangan Beri Anak Banyak PR, Ini Dampak Buruknya

Inilah Dampak Buruk Jika Anak Diberi Banyak PR
Mengerjakan PR bagi anak dalam usia tersebut tidak hanya tidak memberikan manfaat sama sekali bagi prestasi akademik anak.
Pekerjaan rumah (PR) yang berlebihan membuat anak-anak tidak dapat menikmati masa kanak-kanak. Hal ditulis oleh Nancy Kalish dan Sara Bennet dalam bukunya “The Case Against Homework: How Homework is Hurting Our Children and What We Can Do About It”.

Seperti yang SekolahDasar.Net kutip dari CNN Indonesia (10/01/16), dengan terlalu banyak PR membuat anak merasa terbebani sehingga PR menjadi sesuatu yang bukannya membangun anak-anak namun malah membuat pengalaman yang buruk untuk anak-anak.

Baca juga: Guru Memberi PR Pada Siswa, Tepat atau Keliru?

PR yang berlebihan juga dapat berdampak pada kehidupan keluarga. Karena PR, anak menjadi tidak sempat untuk meluangkan waktu bersama keluarga seperti makan malam bersama atau berpergian bersama keluarga.

Interaksi antara anak dan orangtua tidak akan jauh dari pembicaraan atau bahkan perdebatan mengenai tugas dari sekolah. PR yang terlalu banyak juga dapat membuat anak membenci sekolah, karena mereka harus banyak menghabiskan waktu untuk mengerjakan PR.

Sebuah studi terbaru yang SekolahDasar.Net lansir dari Kompas (10/01/16) juga mengemukakan bahwa anak-anak sekolah dasar dewasa ini memiliki terlalu banyak PR yang harus mereka kerjakan.

Menurut para peneliti, kondisi ini merupakan sebuah kondisi yang buruk. Sebab, usia kanak-kanak merupakan periode usia dimana anak mengembangkan kemampuan sosialisasi dan motoriknya. Kedua kemampuan tersebut akan terbatas kalau waktu terlalu banyak dihabiskan untuk mengerjakan PR.

"Harga yang harus dibayar terlalu mahal. Data menunjukkan bahwa mengerjakan PR bagi anak dalam usia tersebut tidak hanya tidak memberikan manfaat sama sekali bagi prestasi akademik anak. Namun, ada bukti bahwa hal ini akan mengganggu sikap mereka terhadap sekolah, nilai, kepercayaan diri, kemampuan sosial, dan kualitas hidup," kata Stephanie Donaldson-Pressman, direktur klinis New England Center for Pediatric Psychology, Amerika Serikat.

Berdasarkan pedoman National Education Association dan Natiomal Parent-Teacher Association, ada sebuah aturan yang dinamakan "Aturan 10 Menit". Maksudnya adalah 10 menit waktu untuk mengerjakan PR per tingkat kelas setiap malam. Artinya, siswa kelas 1 memiliki waktu 10 menit setiap malam untuk mengerjakan PR, 20 menit untuk kelas 2, dan seterusnya hingga 120 menit untuk siswa kelas 12.

Anak-anak akan lebih mudah untuk mengerti sebuah konsep apabila ia diberikan waktu untuk menyelesaikan 5 masalah dibandingkan dengan diburu oleh waktu untuk mengerjakan 50 soal.

Orang tua, khususnya guru harus menyadari memberikan terlalu banyak PR tidak baik untuk anak-anak. Kepala Sekolah pun juga sebaiknya mengerti perspektif serta opini ini, sehingga membuat peraturan ataupun kebijakan tertentu yang tidak membebani anak.