Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Jangan Gunakan Cara Ini Untuk Mendisiplinkan Anak

Cara mendisiplinkan yang tak efektif malah membuat anak cenderung melawan atau mengabaikan orangtua.

Sejak dini disiplin pada anak sudah bisa diajarkan. Dengan disiplin anak terhindar dari kesalahan dan adanya hukuman atas perilaku anak yang tidak sesuai. Setiap orangtua memiliki cara berbeda dalam mendisiplinkan buah hatinya.

Namun, beberapa orangtua kadang mengadaptasi cara yang salah saat berupaya membuat anaknya patuh dan nurut. Alih-alih patuh, cara mendisiplinkan yang tak efektif malah membuat anak cenderung melawan atau mengabaikan orangtua.

Dilansir dari Kompas.com (01/01/17), inilah cara mendisiplinkan anak yang kurang efektif yang sebaiknya orangtua hindari:

1. Sambil mengomel atau menceramahi panjang lebar

Mendisiplinkan anak dengan cara memberi ceramah dan penjelasan panjang lebar dengan nada yang menyalahkan dan penuh tuntutan sering dilakukan orangtua. Namun sebenarnya, ceramah yang kepanjangan akan membuat anak-anak bosan dan cenderung tidak menimbulkan efek jera apa pun.

Jika ingin mendisiplinkan lewat kata-kata, sampaikan secara padat, singkat, dan jelas. Jangan lupa juga jelaskan apa perubahan yang Anda ingin darinya, atau perilaku apa yang tidak seharusnya dia lakukan. Hal ini akan jauh lebih mudah diingat dan dipatuhi anak.

Jadi misalnya anak membiarkan mainannya berantakan di lantai, daripada mengomel panjang lebar, cukup katakan, “Adik, sehabis main tanggung jawabmu adalah merapikan mainanmu sendiri. Yuk, bereskan supaya rapi lagi.”

2. Sambil berteriak-teriak atau membentak

Mungkin sulit rasanya bagi orangtua untuk tidak meninggikan suaranya ketika mendisiplinkan anak ketika ia tidak bisa patuh, atau melakukan perbuatan yang salah. Namun meneriaki anak seperti itu tidak membantunya menjadi lebih disiplin.

Ketika orangtua berteriak-teriak atau membentak anak, pesan apa pun yang disampaikan tidak akan dipahami. Mengapa? Saat Anda membentak, anak akan diselimuti rasa takut dan sakit hati.

Maka, bukannya meresapi betul kata-kata dan arahan Anda, anak justru sibuk bertanya-tanya mengapa orangtuanya sendiri tega menyakiti perasaannya, padahal ia belum begitu mengerti apa yang salah dari perbuatannya.

3. Mengancam anak

Tak jarang, secara tidak sadar orangtua mengancam anaknya jika tidak menurut. Boleh mengancam, tapi tidak dilakukan dengan sering. Jika Anda memberi anak-anak ancaman berulang tanpa menindaklanjuti ancaman tersebut, anak akan menganggap bahwa Anda tidak serius.

Anda baru boleh mengancam untuk mengajarkan anak disiplin jika Anda memang berniat mengambil hak istimewa dari konsekuensi negatif yang anak lakukan. Misalnya melarang dia nonton televisi jika tidak mau belajar.

4. Mempermalukan anak

Satu hal yang dilarang saat mendisiplinkan anak yaitu membuatnya merasa malu. Misalnya anak rewel di tempat umum. Jangan menghukumnya dengan cara memarahi anak di depan semua orang, apalagi dengan suara keras.

Orangtua juga sebaiknya tidak menghukum anak dengan cara yang membuat anak malu dan kehilangan harga diri, misalnya menampar wajah anak atau memaki anak dengan kata-kata kasar yang tidak pantas.

Ingat, sering kali anak tidak tahu kalau perbuatannya itu salah (atau seberapa besar kesalahannya). Orangtua harus bisa melihat dengan kacamata anak-anak, jangan selalu berasumsi bahwa anak seharusnya mengerti kalau perbuatannya salah.

5. Menggunakan kekerasan

Senakal apa pun anak, kekerasan bukanlah solusi. Anak belajar berperilaku dari orangtuanya. Jadi kalau Anda menggunakan kekerasan, yang akan dicontoh anak adalah bagaimana cara menggunakan kekerasan sebagai cara menyelesaikan masalah. Anak juga akan meniru orangtuanya yang tidak mampu mengendalikan diri ketika sedang emosi.

Karena itu, anak yang dididik dengan penuh kekerasan justru lebih sulit diajarkan kedisiplinan. Anak tidak akan menghormati aturan dan mengetahui batasan perilaku. Akibatnya anak pun akan terus-terusan melakukan kesalahan atau pelanggaran aturan, apalagi tanpa sepengetahuan orangtua.