Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Sekolah Tatap Muka Terbatas, Hanya 2 Jam Seminggu 2 Kali

Sekolah Tatap Muka Terbatas, Hanya 2 Jam Seminggu 2 Kali

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim meluruskan mispersepsi terkait pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas. Nadiem sekali lagi menyatakan bahwa PTM terbatas tidak sama seperti sekolah tatap muka biasa.

Dia mengatakan apa yang Presiden Jokowi sampaikan pada Senin (7/6) lalu benar bahwa pembelajaran yang pihaknya upayakan adalah tatap muka terbatas. Menurut Jokowi pelaksanaan PTM terbatas harus mulai dicoba, syaratnya melihat kondisi wilayah tersebut yang sudah terkendali.

Presiden memberikan contoh praktik baik dalam melaksanakan PTM terbatas, dimana satuan pendidikan dapat mengatur satu kelas hanya diisi 25 persen murid, kegiatan belajar mengajar hanya dua jam, dan satu minggu hanya dua kali pertemuan.

“Yang selama ini kurang tepat, yang benar namanya Sekolah Tatap Muka Terbatas. Artinya apa? Satu kelas hanya diisi 25 persen, maksimal pembelajaran 2 jam dan 1 minggu hanya 2 kali,” kata Jokowi yang SekolahDasar.Net dari Merdeka (11/06/21).

Nadiem menyampaikan bahwa konsep PTM seperti contoh yang sudah disampaikan Jokowi. Sekolah yang sudah atau dalam proses melakukan PTM terbatas dengan durasi belajar dan jumlah murid berbeda tetap diperbolehkan selama mengikuti protokol kesehatan.

Lihat juga : Guru Berperan Mengawasi Kedisiplinan Protokol Kesehatan di Sekolah

Diketahui bahwa sekitar 30 persen satuan pendidikan telah melakukan PTM terbatas sesuai situasi dan kondisinya masing-masing. Sebagian baru memulai PTM terbatas beberapa bulan terakhir. Ada pula yang sudah melakukan PTM terbatas sejak tahun lalu.

"Seperti halnya para guru, orang tua, dan murid yang saya dengar langsung keluhannya dalam melakukan pembelajaran jarak jauh, Bapak Presiden juga menyampaikan kepeduliannya," kata Nadiem yang SekolahDasar.Net kutip dari CNN Indonesia (11/06/21).

Nadiem melanjutkan, Presiden Jokowi sudah menyampaikan bahwa pembelajaran jarak jauh pada kenyataannya menyulitkan anak, orang tua, dan guru. Karena bagaimanapun pembelajaran tatap muka masih tetap diperlukan. Namun, disertai penerapan protokol kesehatan yang sangat ketat.