China Larang Ujian Tertulis dan PR untuk Murid Kelas Satu dan Dua SD
Pemerintah China melarang bagi semua sekolah untuk melakukan ujian tertulis bagi para murid kelas satu dan dua Sekolah Dasar (SD). Larangan ini sebagai upaya pemerintah China untuk mencabut tekanan para murid dan orang tua mereka dalam sistem pendidikan yang sarat persaingan.
Sebelum larangan ini diumumkan, para pelajar di China wajib melakoni tes tertulis dari kelas satu sekolah dasar hingga masuk universitas pada usia 18 tahun. Praktik tersebut, menurut menteri pendidikan, merupakan tekanan yang membahayakan "kesehatan fisik dan mental" para pelajar.
"Ujian adalah bagian yang diperlukan dalam pendidikan sekolah, (namun) sejumlah sekolah punya beragam masalah seperti ujian berlebihan yang bisa menyebabkan para murid memikul beban terlampau berat. Ini harus diperbaiki," kata menteri pendidikan China yang SekolahDasar.Net kutip dari BCC (05/09/21).
Lihat juga : Hasil Penelitian Menyebutkan Anak SD Tak Perlu PR
Aturan baru yang dikeluarkan pemerintah China juga membatasi jumlah ujian yang dapat dilaksanakan sekolah per semester. Kelas satu dan dua sekolah dasar tidak perlu melaksanakan ujian tertulis. Untuk kelas-kelas lainnya, pihak sekolah bisa menggelar ujian akhir setiap semester.
Selain melarang ujian tertulis untuk murid-murid kelas satu dan dua, Kementerian Pendidikan China melarang pemberian PR alias pekerjaan rumah untuk murid-murid tersebut. Pekerjaan rumah untuk para pelajar SMP juga dibatasi 1,5 jam per malam, sebagaimana dilaporkan kantor berita AFP.
Reaksi publik China beragam saat menanggapi aturan terbaru pemerintah. Beberapa warga mengatakan itu adalah langkah menuju arah yang benar demi mencabut beban anak-anak. Lainnya mempertanyakan bagaimana sekolah menguji dan mengukur kemampuan murid tanpa ujian.
Bagaimanapun, langkah tersebut merupakan bagian dari reformasi di bidang pendidikan China. Pada Juli, Beijing mencabut seluruh izin operasi bimbingan belajar online di seluruh negeri. Kesetaraan pendidikan juga menjadi masalah.