Pembelajaran Pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation (GI)
Group Investigation merupakan tipe kooperatif yang pertama kali dikembangkan oleh Thelan. Dalam perkembangan selanjutnya tipe ini diperluas dan dipertajam oleh Sharan dan kawan-kawan dari Universitas Tel Aviv.Berbeda dengan STAD dan Jigsaw, siswa terlibat dalam perencanaan baik topik yang dipelajari dan bagaimana jalannya penyelidikan mereka. Tipe pembelajaran ini memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit dari pada pendekatan yang lebih berpusat pada guru. Tipe pembelajaran ini melatih siswa dalam keterampilan komunikasi dan proses kelompok yang baik (Trianto, 2007: 59).
Group investigation merupakan salah satu tipe pembelajaran yang dapat membangkitkan minat siswa untuk berpikir lebih aktif, karena investigasi merupakan bentuk pemecahan masalah yang divergen, dan mengajak siswa untuk memberdayakan berpikir ilmiah. Selain itu, metode ini juga menuntut siswa untukmemiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok.
Menurut Isjoni (2011) model pembelajaran kooperatif tipe group investigation“ merupakan model pembelajaran kooperatif yang kompleks karena memadukan antara prinsip belajar kooperatif dengan pem-belajaran yang berbasis konstruktivisme dan prinsip pembelajaran demokrasi” .
Sedangkan menurut Menurut Made Wena (2008: 27) model pembelajaran kooperatif tipe groupinvestigation adalah model pembelajarankooperatif yang pembentukan kelompoknya didasari atas minat anggotanya.
Berdasarkan pengertian mengenai kooperatif tipe group investigation tersebut, dapat disimpulkan bahwa tipe group investigation mendorong siswa dituntut belajar belajar lebih aktif sesuai minat dengan berfikir tentang suatu persoalan dan mereka mencari sendiri cara penyelesaiannya sehingga pembelajran lebih bermakna.. Dengan demikian mereka akan lebih terlatih untuk selalu menggunakan keterampilan pengetahuannya, sehingga pengetahuan dan pengalaman belajar mereka akan tertanam untuk jangka waktu yang cukup lama.
Langkah-langkah Group Investigation
Pada pembelajaran Grup Investigation umumnya guru yang membagi kelas dalam beberapa kelompok yang beranggotakan 5 hingga 6 siswa dengan karateristik yang heterogen. Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikutiinvestigasi mendalam terhadap berbagai subtopik yang dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan.
Sehubungan dengan itu, Rusman (2011: 221-222) mengemukakan, strategi belajar kooperatif group investigation secara umum dibagi menjadi enam langkah, yaitu:
1) Mengidentifikasi topik dan mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok Para siswa menelaah sumber-sumber informasi, memilih topik, dan mengkategorisasi saran-saran. Paras siswa kemudian bergabung ke dalam kelompok belajar dengan pilihan topik yang sama. Komposisi kelompok di dasarkan atas ketertarikan topik yang sama dan heterogen dan guru membantu/memfasilitasi dalam memperoleh informasi.
2) Merencanakan tugas-tugas belajar
Siswa secara bersama-sama merencanakan tugas belajar dalam kelompoknya masing-masing, yang meliputi apa yang diselidiki, bagaimana melakukannya, siapa sebagai apa-pembagian kerja, untuk tujuan apa topik ini diinvestigasi.
3) Melaksanakan kegiatan investigasi
Siswa mencari informasi, menganalisis data dan membuat kesimpulan.Setiap anggota kelompok harus berkontribusi kepada usaha kelompok.Para siswa bertukar pikiran, mendiskusikan, mengklarifikasi dan mensintesis ide-ide.
4) Menyiapkan laporan akhir
Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial proyeknya, merencanakan apa yang akan dilaporkan dan bagaimana membuat presentasinya, dan membentuk panitia acara untuk mengkoordinasikan rencana presentasi.
5) Mempresentasikan laporan akhir
Presentasi dibuat untuk keseluruhan kelas dalam berbagai macam bentuk.Bagian-bagian presentasi harus secara aktif dapat melibatkan pendengar (kelompok lainnya).Pendengar mengevaluasi kejelasan presentasi menurut kriteria yang telah ditentukan keseluruhan kelas.
6) Evaluasi
Para siswa berbagi mengenai balikan terhadap topik yang dikerjakan, kerja yang telah dilakukan, dan pengalaman-pengalaman afektifnya. Guru dan siswa berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran. Asesmen diarahkan untuk mengevaluasi pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis.
Sedangkan menurut (Miftahul Huda, 2011: 13 )mengemukakan, langkah-langkah kooperatif group investigationyaitu :
Pertama-tama siswa ditempat-kan dalam kelompok-kelompok kecil. Masing-masing kelompok diberi tugas atau proyek yang berbeda. Dalam kelompoknya, setiap anggota berdiskusi dan menentukan informasi apa yang akan dikumpulkan, bagaimana mengolahnya, menelitinya, dan bagaimana menyajikan hasil penelitiannya di depan kelas. Semua anggota harus turut andil dalam menentukan topik penelitian apa yang akan mereka ambil. Mereka pula yangmemutuskan sendiri pembagian kerjanya. Selama proses penelitian atau investigasi ini, mereka akan terlibat dalam aktivitas-aktivitas berfikir tingkat tinggi, seperti membuat sintesis, ringkasan, hipotesis, kesimpulan, dan menyajikan laporan akhir.
Dari langkah-langkah yang telah dijelaskan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan tipe Group Investigation ini guru mengkondisikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar. Kelompok disini dapat dibentukdengan mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama dalam topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, dan melakukan penyelidikan atas topik yang dipilih. Selanjutnya ia menyiapkan dan mempresentasikan laporannya di depan kelas.
Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation
Menurut Agus (2013 :295-296) Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigationmemiliki kelebihan-kelebihan diantarnya:
1) Dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala perbedaan.
2) Siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berfikir sendiri,menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar darisiswa yang lain.
3) Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk mneguji ide dan pemahamanya sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat praktik memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya.
4) Dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata.
5) Merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan hasil akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan me-manage waktu, dan sikap positif terhadap sekolah.
6) Dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
7) Dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.
8) Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berfikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang.
Sedangkan kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation menurut Agus (2013 :295-296) diantaranya :
1) Ciri utama dari strategi pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa saling membelajarkan. Oleh karena itu jika tanpa bantuan guru yang efektif, maka dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar yang demikian apa yang seharusnya dipelajari dan di pahami tidak pernah dicapai oleh siswa.
2) Keberhasilan strategi pembelajaran kooperatif dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang. Dan hal ini tidak mungkin dapat tercapai hanya dengan satu kali atau sekali-sekali penerapan strategi ini.
3) Penilaian yang diberikan dalam strategi pembelajaran kooperatif didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu manyadari bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa.
4) Untuk memahami dan mengerti filosofi strategi pembelajaran kooperatif, memang butuh waktu. Sangat tidak rasional kalau kita mengharapkan secara otomatis siswa dapat mengerti dan memahami filsafat pembelajaran kooperatif. Untuk siswa yang dianggap memiliki kelebihan, contohnya , mereka akan merasaterhambat oleh siswa yang dianggap kurang memilikikemampuan. Akibatnya, keadaan semacam ini dapat mengangguiklim kerja sama dalam kelompok.
5) Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktifitas dalam kehidupan yang didasarkan kepada kemampuan secara individual. Oleh karena itu idealnya melalui strategi pembelajaran kooperatif selain siswa belajar bekerja sama, siswa juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri. Untuk mencapai kedua hal itu dalam strategi pembelajaran kooperatif memang bukan pekerjaan yang mudah.