Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Cara Menjadi Guru Kreatif, Berani Keluar dari Zona Nyaman

Cara Menjadi Guru Kreatif, Berani Keluar dari Zona Nyaman

Guru, apalagi guru di Sekolah Dasar  merupakan garda terdepan dalam dunia pendidikan. Kualitas guru menentukan baik buruknya dunia pendidikan dan karakter anak bangsa. Oleh karena itu, guru SD harus selalu meningkatkan kompetensi supaya pendidikan semakin berkualitas. 

Lihat juga : Profil Guru SD Sesuai Potret Pendidikan Masa Depan

Namun, pada kenyataannya banyak guru yang enggan untuk mengembangkan potensi diri. Mereka cenderung terkurung di dalam zona nyaman. Menganggap dirinya saat ini sudah cukup dan pengetahuannya sudah memadai. Padahal kenyataannya ilmu pengetahuan itu sangat luas dan terus berkembang.

Indonesia membutuhkan guru-guru yang kreatif dan inovatif. Guru yang mampu membuat kegiatan pembelajaran serta suasana dalam proses pembelajaran menjadi menyenangkan dengan berbagai strategi yang bervariasi. Guru yang berani mencoba langkah-langkah baru dan strategi baru dengan caranya sendiri. Tentu saja yang sesuai dengan perkembangan peserta didik.

Cara Menjadi Guru yang Kreatif dan Inovatif

Kreatif dan inovatif bukan bawaan lahir pada setiap diri manusia, namun sesuatu yang bisa dilahirkan dan diupayakan.  Lalu sekarang, bagaimana cara supaya menjadi guru kreatif dan inovatif? Nasrah, S.Pd.I., Gr, Guru di SMP Negeri 8 Palopo menuliskan keluar dari zona nyaman, salah satu kuncinya. Berikut cara jadi guru kreatif dan inovatif:

Selalu Siap Belajar

Saat ini tak bisa dipungkiri, anak-anak jauh lebih terampil dalam penggunaan teknologi (IT). Namun, guru tidak boleh ketinggalan. Guru pun harus belajar IT karena siap menjadi guru berarti siap juga untuk belajar. Guru selalu update keilmuan dengan terus belajar walau sudah mengajar. Di era sekarang guru melek IT adalah keniscayaanuntuk tidak ketinggalan zaman.

Berani Keluar dari Zona Nyaman

Jika selama ini guru merasa bahwa tanpa melakukan kreativitas serta inovasi apapun pembelajaran sudah bisa berjalan, pandangan seperti itu harus diubah. Mindset tersebut harus dibuang. Pasalnya hal itu tidak akan membuat seseorang berpikiran maju. Jika terus dipelihara, maka proses pembelajaran akan membosankan dan siswa pun tidak tertarik untuk mengikutinya. Akhirnya kualitas pembelajaran tidak mampu maksimal.