Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Metode Agar Siswa Menghargai Karyanya Sendiri

Ilustrasi (Admin)
Tidak mudah membuat siswa menjadi aktif terutama dalam mengemukakan ide maupun mengemukakan pertanyaan yang mungkin siswa tidak pahami. Kendala paling utama adalah masalah kepercayaan diri siswa. Terkadang siswa merasa tidak perlu bertanya dan mengharapkan teman yang lain bertanya hal yang sama dengan yang ia rasakan, atau karena menganggap pelajaran itu membosankan sehingga siswa tidak fokus terhadap apa yang sedang di terangkan oleh gurunya.

Salah satu metode yang ingin saya share mungkin agak aneh terdengar yang saya sebut Buy my Paper atau bahasa istilah pribuminya metode berdagang. Sesuatu yang paling penting dalam berdagang adalah proses bagaimana menjual atau menawarkan barang serta kualitas barang. Jika barang tersebut berkualitas tapi kita tidak bisa menjualnya maka akan rendah nilainya, begitu pula sebaliknya terkadang barang yang kurang baik jika dapat dipasarkan dengan baik maka bisa laku keras (bukan menipu konsumen).

Metode ini merupakan rangkaian metode yang bersifat kewirausahaan. Banyak orang memaknai kewirausahaan di sekolah hanya mengambil kedisiplinan, tanggung jawab, kemandirian yang menurut saya sangat sulit untuk diukur. Metode ini mengarahkan siswa agar setiap individu atau kelompok dapat menghargai hasil karyanya dan mampu menjual hasil karyanya entah dengan temannya maupun gurunya.

Saya hanya memaparkan garis besar metode ini dan bagi yang berminat dapat mengembangkan dengan berbagai kreasi.

Langkah-langkah
1. Berikan penugasan yang jelas kepada siswa produk/portofolio/paper apa yang akan dihasilkan siswa. Bisa berupa kerajinan tangan, lukisan, puisi yang disesuaikan dengan tema dan materi baik individual maupun kelompok.

2. Pastikan guru menyiapkan peralatan yang dibutuhkan siswa, bisa juga menugaskan siswa membawa perlengkapan yang dibutuhkan untuk hari itu (disini kita sudah bisa menilai kedisiplinan dan tanggung jawab siswa yang membawa perlengkapan) gunakan peralatan dan perlengkapan yang mudah diperoleh.

3. Guru memberikan contoh cara membuatnya dan siswa diharapkan memperhatikan guru dan dapat mengikuti langkah yang diberikan guru. Di sini peran guru memberikan penugasan yang menarik untuk siswa.

4. Berikan waktu untuk siswa menyelesaikan tugasnya dan saat itulah guru dapat berkeliling dan mengamati proses dan menilainya (antara lain nilai kerja sama). Guru harus cermat melihat siswa yang mendapatkan kesulitan untuk membimbingnya. Saya yakin jika tugas yang diberikan sesuai dan menarik otomatis siswa akan bertanya kepada guru (mungkin agak sedikit berisik karena banyak siswa yang bertanya, di sini guru bisa menggunakan peraturan kelas, misal jika ada yang bertanya tunjukkan jari dan jika melihat sudah menunjukkan jari yang lain harus bersabar, perlu latihan khusus untuk siswa).

5. Setelah selesai biasakan tidak langsung mengumpulkan hasil pekerjaan namun berikan waktu kepada siswa untuk menjual hasil karyanya. Misalkan si Doni menceritakan hasil lukisannya kepada guru dan teman-temannya. Untuk permulaan bisa menggunakan cara berikut: panggil siswa satu persatu ke meja guru dan mengumpulkan hasil penugasan, dan pada saat mengumpulkan guru bertanya pada siswa tentang hasil penugasan itu misal coba kamu ceritakan tentang lukisanmu. Jangan langsung berpikir "itu kan butuh waktu yang lama sementara waktu di kelas kan sedikit", semua tergantung manajemen waktu kita. Penugasan juga boleh dilakukan di rumah dan dipresentasikan atau dijual di sekolah.

6. Guru sebaiknya bertindak Objektif dalam penilaian dan menggunakan beberapa model penilaian. Misalkan gambar Rio terlihat jelek dibandingkan gambar Dino, namun ketika menjelaskan Rio terlihat bersemangat dan memiliki alur cerita yang seru sementara Dino hanya menerangkan seadanya. Disinilah guru mengetahui kemampuan siswa si Rio punya kelebihan dalam berkomunikasi lebih baik dibanding Dino walaupun gambar Dino lebih bagus. Model penilaian beragam tidak akan merugikan mereka berdua.

7. Metode ini tidak mungkin langsung sukses dilakukan perlu tahapan-tahapan dan pembiasaan, jika sudah terbentuk insya Allah kelas jadi rame namun berkualitas karena siswa menjadi aktif.

Contoh kasus :
1. Saya pernah menugaskan siswa untuk membuat layang-layang untuk diterbangkan di sekolah. Yang terjadi ada yang buat sendiri, ada yang dibuatkan dan ada yang membeli. Disana nilai tanggung jawab terlihat, bagaimana menjualnya, dilihat mana yang bagus (yang dibuatkan dan yang dibeli tidak termasuk) dan dapat terbang dengan sempurna. Keuntungannya adalah: ada peran orang tua yang membuat bersama anaknya untuk jaman sekarang sulit didapat, selain keterampilan tangan disana kita bisa mempelajari matematika dengan mengenal bentuk bangun datar dan menemukan luas dan kelilingnya (yang diukur layang-layang masing-masing siswa jadi hasilnya mungkin berbeda) dan juga pelajaran IPA materi angin dan lain-lain.

2. Saya pernah mendapatkan seorang siswa kelas 2 yang sangat diam. Beberapa kali saya tanya dia tetap sangat sulit menyampaikan sesuatu. suatu saat kelas 2 sedang kosong, kebetulan kosong saya isi dengan permainan membuat perahu kertas (persiapan spontan menggunakan kertas bekas dari ruang TU, mudah didapat dan sederhana), saya hanya mengajari dan membimbing siswa yang belum tahu (kebetulan TU membantu saya menjelaskan kepada anak-anak). Si anak pendiam tiba-tiba saja datang mendekati saya dan "menjual dirinya" dengan menyampaikan "Pak saya sudah bisa membuat perahu" dengan sangat jelas, hal tersebut membuat saya terharu.

Metode yang menyenangkan akan membuat siswa senang dan bersedia melakukan apa saja untuk mengikuti perintah dan materi sang guru. Dan saat itulah kita menemukan banyak keajaiban dari siswa-siswi kita.

Selamat berkarya kepada seluruh Guru / Pendidik semoga kita tetap akan abadi dikenang sebagai Pahlawan Tanpa Tanda Jasa, semoga bermanfaat dan mohon maaf jika banyak kekurangannya.

*) Artikel ini dikirim dan ditulis oleh Aghatha, seorang yang peduli pendidikan