Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Implementasi Kurikulum 2013 Berantakan

Persiapan implementasi Kurikulum 2013 di semua sektor masih berantakan.
Persiapan implementasi Kurikulum 2013 tahun pelajaran 2014/2015 di semua jenjang mulai tingkat SD sampai SMA begitu berantakan. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) saat ini sedang frustasi menghadapi berbagai permasalahan persiapan implementasi Kurikulum 2013.

"Bahkan sampai Menterinya (Mendikbud Mohamamd Nuh, red) kurang tidur," kata Direktur Pembinaan SMA Kemendikbud, Harris Iskandar yang SekolahDasar.Net kutip dari JPNN (18/07/2014).

Sektor pengadaan buku merupakan kelemahan paling parah dalam persiapan implementasi kurikulum baru tahun ini. Sampai dimulainya tahun ajaran baru tanggal 14 Juli lalu, buku-buku kurikulum 2013 belum didistribusikan ke sekolah-sekolah. Total kapasitas buku yang akan didistribusikan untuk jenjang SD mencapai 123 juta eksemplar.

Muncul penolakan implementasi Kurikulum 2013 di sejumlah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah memperparah situasi di Kemendikbud yang tidak kondusif. Kabar penolakan beberapa daerah ini berasal dari Ketua Umum Pengurus Guru Republik Indonesia (PGRI) Sulistyo.

Alasan penolakan impletasi Kurikulum 2013 tahun ini banyak sekali. Di antaranya adalah buku kurikulum 2013 yang juga sampai ke sekolah, walau tahun ajaran baru sudah dimulai. Kemudian banyak guru yang belum dilatih materi Kurikulum 2013. Kemendikbud sudah mendengar penolakan-penolakan itu.

Masalah pendistribusian buku itu, tidak bisa hanya menyalahkan Kemendikbud. Ini juga disebabkan karena banyak kepala sekolah yang tidak memesan buku ke percetakan sesuai jadwal. Padahal buku Kurikulum 2013 harganya murah dan uangnya sudah ada di dana BOS dan dana tambahan khusus untuk buku.

Jajaran Kemendikbud frustasi, karena jadwal dan skema yang disusun bubar. Awal tahun ajaran baru yang sedianya efektif per 14 Juli, diundur per 4 Agustus 2014. Mendikbud Mohammad Nuh sedang mencoba mencari bank yang bisa menyalurkan pinjaman pendanaan kepada percetakan agar buku bisa segera dicetak dan didistribusikan.