Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Membentuk Tunas Integritas Pada Siswa SD

Keberhasilan dari penanaman nilai integritas ini sangat dipengaruhi oleh kecenderungan panca indera untuk dipengaruhi dan mempengaruhi.
Korupsi adalah sebuah kata yang memiliki makna yang sangat mendalam. Terutama di Indonesia kata ini sangat sering kita dengar. Yah sangat sering, karena banyak pejabat pemerintah seperti PNS di suatu departemen, anggota DPR, anggota kepolisian, menteri hingga pemimpin dari suatu daerah melakukan korupsi. Mereka adalah pelayan masyarakat yang seharusnya memberikan semua hal yang terbaik untuk kepentingan rakyat dan kemajuan bangsa, tetapi jabatan yang mereka miliki justru mereka gunakan untuk kepentingan pribadi ataupun golongannya. Korupsi yang mereka lakukan tentu berdampak sangat luas, bukan hanya kerugian Negara dalam hitungan milyaran atau triliyunan tetapi dampak yang sangat luas pada kehidupan rakyat.

Kemudian kita bertanya-tanya, kenapa begitu banyak pejabat yang melakukan korupsi? Jawabannya tentu karena begitu banyak kesempatan yang ada. Kesempatan untuk melakukan korupsi ini tidak diimbangi dengan karakter-karakter baik dari orang-orang yang terlibat atau ada pada lingkungan tersebut. Andai saja pada suatu lingkungan yang di dalamnya terdapat kesempatan korupsi tetapi pejabat yang ada di dalamnya memiliki integritas yang tinggi, tentu korupsi itu tidak akan terjadi.

Bisakah kita merubah karakter dari pejabat-pejabat yang telah melakukan korupsi tersebut? Mungkin saja perubahan itu bisa terjadi. Tetapi akan sangat sulit karena karakter tersebut sudah terbentuk pada dirinya sejak mereka kecil hingga dewasa. Kita ibaratkan pada sebuah pohon. Akan lebih sulit untuk mengobati pohon dewasa yang sudah terserang hama dan penyakit daripada mempersiapkan suatu tunas pohon baru yang unggul sehingga kuat akan serangan berbagai hama dan penyakit. Artinya lebih baik jika kita mempersiapkan orang-orang baru yang memiliki integritas tinggi sedini mungkin.

Jenjang pendidikan yang paling awal di Indonesia adalah sekolah dasar (SD). Pada tingkat ini guru SD memiliki peran yang sangat penting tidak hanya dalam mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan, tetapi pembentukan karakter sikap dan spritualnya. Hal ini juga sejalan dengan kurikulum 2013 dimana kemampuan siswa diupayakan mencapai aspek sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan keterampilan. Guru SD memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk tunas-tunas integritas sedini mungkin.

Pembentukan tunas-tunas integritas ini dapat dilakukan dengan internalisasi nilai-nilai integritas atau penanaman nilai-nilai integritas (seeding of integrity). Penanaman integritas ini terkait erat dengan permasalahan nilai, keyakinan, kebiasaan dan konsep diri, yang ada pada tataran bawah sadar manusia. Bawah sadar hamper 95% mengendalikan bagaimana manusia berinteraksi dengan lingkungannya. Penanaman integritas akan melekat kuat pada diri seseorang karena tidak hanya sampai pada bagian otak manusia tetapi mencapai bagian terdalam manusia yaitu hati nuraninya.

Guru SD harus memperhatikan bagaimana cara penanaman nilai-nilai integritas ini pada siswanya. Siswa SD sangat unik dan memiliki karakteristik tertentu yang tidak bisa disamakan dengan orang dewasa. Jadi guru tidak bisa begitu saja memaksa siswa untuk memasukkan sugesti-sugesti positif dalam dirinya. Guru berperan penting dalam mencari teknik yang sesuai karakteristik siswa. Salah satu karakteristik siswa SD adalah masih senang bermain. Jadi guru dapat menggunakan karakteristik ini untuk menanamkan nilai-nilai integritas pada diri siswa.

Di sini saya sebagai guru SD membuat suatu permainan ular tangga anti korupsi. Permainan ini sama seperti permainan ular tangga pada umumnya. Namun pada permainan ular tangga ini, pada setiap petaknya saya menuliskan berbagai kalimat positif. Dimana aturan permainannya, siswa harus membaca setiap kalimat positif pada petak tempatnya berhenti. Dengan cara ini siswa bermain dan tanpa disadari dia membaca berbagai macam kalimat-kalimat positif yang merupakan sugesti positif yang akan tertanam pada bawah sadarnya. Guru dapat memberikan permainan ini berulang-ulang dengan mengganti berbagai sugesti positif di dalamnya agar lebih bervariasi. Yang harus diperhatikan guru, kalimat yang ditulis dalam permainan ini hendaknya merupakan kalimat positif bukan kalimat negatif. Contohnya: “saya tidak pernah berbohong” sebaiknya diganti dengan kalimat “saya anak yang jujur”

Keberhasilan dari penanaman nilai integritas ini sangat dipengaruhi oleh kecenderungan panca indera untuk dipengaruhi dan mempengaruhi (modality). Permainan ular tangga ini dapat memfasilitasi berbagai modality yang dimiliki siswa. Siswa dengan modality visual, dapat membaca dan melihat berbagai kalimat positif pada permainan ular tangga. Siswa dengan modality auditory dapat mendengar kalimat positif yang dibaca temannya dengan keras.

Pemberian sugesti-sugesti postif ini sejak dini diharapkan dapat membentuk karakter baik siswa, sehingga saat sudah dewasa dia sudah memiliki suatu ketahanan diri yang kuat dari pengaruh-pengaruh negatif lingkungannya. Sehingga siswa-siswa SD ini dapat menjadi tunas-tunas integritas baru yang dapat menjadi jembatan masa depan kesuksesan organisasi, membangun sistem integritas yang mampu menutup peluang korupsi dan berbagai penyimpangan lain serta mempengaruhi orang lain di sekitarnya untuk memiliki integritas.

Baca juga: Model Pembelajaran Thinking Globally Acting Locally

Penanaman nilai integritas ini tidak hanya dapat dilakukan dengan permainan ular tangga ini saja, guru dapat membuat permainan-permainan yang lain ataupun membuat media yang lain seperti lagu, poster atau yel-yel. Yang terpenting tetap memperhatikan karakteristik siswanya agar penanaman nilai integritas ini dapat dioptimalkan.

Jadi profesi guru SD juga mempunyai peranan yang amat penting untuk membentuk tunas integritas sehingga kelak dapat terwujud Indonesia yang bersih dan bebas dari korupsi. Mari kita semua dengan profesi apapun mulai kesadaran anti korupsi dan mengupayakan berbagai cara melawan korupsi yang sudah mengakar di negeri kita tercinta ini.

*) Ditulis oleh Ni Luh Kade Dwi Pradnyani, S. Pd, SDN 5 Sanur