Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Cara Jepang Memandang Guru yang Harus Ditiru Indonesia

Cara Jepang Memandang Guru yang Harus Ditiru Indonesia
Doktor mengajar anak-anak SD juga menunjukkan bahwa guru sudah menjadi profesi yang serius.
Jepang menilai guru sebagai profesi yang sangat penting dan berharga karena bertugas mendidik anak bangsa. Di sana,profesi guru sudah tertata dengan baik. Indonesia dinilai perlu mencontoh Jepang dalam memandang profesi guru.

Di Jepang yang mengajar anak-anak SD bukan lulusan S1 tapi doktor. Ini menunjukkan mereka sangat serius menganggap profesi guru dan mereka sadar pendidikan dini itu sangat penting karena pertumbuhan otak anak terjadi antara usia antara 0 sampai 10 tahun.

Doktor mengajar anak-anak SD juga menunjukkan bahwa guru sudah menjadi profesi yang serius makanya harus profesional. Di sana guru sudah seperti profesi dokter atau pengacara, artinya orang yang sangat ahli dan kompeten di bidangnya.

Menurut Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Ferdiansyah, ini jauh berbeda dengan di Indonesia. Umumnya, kata dia di Indonesia orang mau jadi guru jika tak diterima menjadi PNS atau kerja di bank.

"Ibaratnya di Indonesia orang mau jadi guru daripada nganggur. Padahal seharusnya jadi guru itu bukan pekerjaan alternatif karena harus dilakukan oleh orang profesional," kata Ferdiansyah yang SekolahDasar.Net kutip dari Republika (16/12/16).

Menjadi guru itu tak sekadar mengajar. Seorang guru harus menguasai pedagogik makanya pendidikannya harus keguruan, tidak seperti saat ini siapa saja bisa jadi guru tak peduli lulusan fakultas apa.

Ferdiansyah mengatakan harus ada kepastian jenjang karirnya. Selain itu juga harus ada konsep pengembangan karir guru yang jelas.Dengan adanya jenjang karir guru maka nanti ada kategori guru. Misalnya guru kelas a, b, c, d, e, dan f.

Baca: Tunjangan Profesi Guru Diberikan Sesuai Capaian Prestasi

"Kelas ini berkaitan dengan kesejahteraan guru. Tidak seperti sekarang, guru mau rajin, guru mau malas tunjangan profesinya sama Rp 2 juta padahal harus dibedakan sesuai dengan kualitasnya." kata Ferdiansyah.