Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Orang Tua Stres Mengawasi Anak Belajar di Rumah Saat Libur Akibat Corona

Orang Tua Stres Mengawasi Anak Belajar di Rumah Saat Libur Akibat Corona
Orang tua diminta untuk mengawasi proses belajar anak selama berada di rumah.

Mulai Senin (16/3) sejumlah provinsi meliburkan sekolah, dari jenjang TK, SD, SMP dan SMA selama 14 hari. Langkah itu diambil untuk mengantisipasi penyebaran virus corona atau Covid-19 di lingkungan lembaga pendidikan. Sebagai gantinya, pembelajaran yang biasanya dilakukan di sekolah diubah menjadi di rumah.

Siswa tetap mengerjakan semua tugas sekolah meski berada di rumah. Orang tua yang juga bekerja dari rumah diminta untuk mengawasi proses belajar anak selama berada di rumah. Meski terlihat menyenangkan, pembelajaran di rumah bukanlah sesuatu yang mudah bagi para orang tua. Salah seorang wali murid mengaku stres mengawasi anaknya.

"Ini anak-anak belajar di rumah jadi orang tua yang sibuk. Aku stres banget nih jadi pengawas. Materinya banyak banget," kata Mesya.

Selama libur 14 hari tersebut, sekolah memberikan sejumlah tugas pada siswa. Setiap hari tugas tersebut dikirimkan kepada gurunya melalui surat elektronik. Mesya mengaku stres karena anaknya, Satrio, terlalu santai dalam mengerjakan tugas. Sementara gurunya sudah mengumumkan siapa saja yang belum mengumpulkan tugas.

Selama belajar di rumah, sistem pembelajaran di sekolah anaknya masih seperti biasa. Bedanya hanya melalui kelas dalam jaringan (daring). Tidak menggunakan seragam, dan mengerjakan tugas sambil ngemil. Orangtua atau anak pun bisa bebas memanfaatkan internet untuk menyelesaikan tugas.

Orang tua murid lainnya, Inung, mengatakan tidak semua orang tua bisa menyediakan fasilitas bagi anaknya belajar di rumah. Alasannya, banyak wali murid yang mengeluhkan belajar di rumah, karena tidak semua anak memiliki gawai. Ia juga mengatakan, menjadi pengawas bagi anak yang belajar di rumah memiliki tantangan tersendiri. Yakni, bagaimana disiplin dengan waktu.

Inung bercerita bagaimana dia harus teriak-teriak, soal jam tadarus sekolah. Eh anaknya belum selesai sarapan, belum mandi. Padahal di grup WhatsApp sekolah, wali kelas sudah teriak jam tadarus. Bagi yang sudah harus melaporkannya. Belum lagi saat ibunya megang gawai untuk melihat tugas sekolah dikira anaknya main gawai. Anaknya pun ingin ikutan main gawai.

Lihat juga: Cara Supaya Anak Fokus Belajar di Era Digital Penuh Distraksi

"Disuruh baca buku tematik delapan, halaman 7 sampai 23. Baru lima menit, katanya sudah kelar. Apa saking pintarnya ya, masak sekian halaman hanya lima menit selesai," cerita ibu dua anak itu.

Pemerhati pendidikan Indra Charismiadji mengatakan belum semua guru yang siap menerapkan pembelajaran daring, banyak guru yang kebingungan. Dengan adanya penerapan daring karena adanya bencana non-alam tersebut, maka akan kelihatan bagaimana kualitas guru sesungguhnya.

"Sekarang kebongkar semua kan, kalau pelatihan guru yang menghabiskan dana Rp900 miliar pada tahun lalu tidak efektif," kata Indra yang SekolahDasar.Net kutip dari Republika (18/03/20).