Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Kesedihan Guru Honorer: Antara Gaji Rendah, Pengabdian Tanpa Kepastian dan Mencintai Pekerjaan

Kesedihan Guru Honorer: Antara Gaji Rendah, Pengabdian Tanpa Kepastian dan Mencintai Pekerjaan

Nasib guru honorer di Indonesia memang masih kurang akan perhatian, apalagi yang mengajar di daerah terpencil. Jika guru honorer di perkotaan mungkin bisa dengan mudah mencari penghasilan lain, karena banyaknya fasilitas dan akses, tidak halnya dengan yang berada di daerah. Menjadi guru honorer mungkin satu-satunya mata pencaharian mereka.

Dilansir dari lifepal.com, untuk gaji honorer tergantung di daerah tempat ia mengajar. Kisarannya berada di angka Rp500.000 sampai Rp1 juta perbulan. Bahkan, di beberapa sekolah mungkin ada yang memberikan upah kepada guru honorer dengan gaji yang lebih kecil lagi.

Hal inilah yang memberikan nestapa pada guru honorer. Gaji kecil, mengabdi tanpa kepastian, tapi cinta akan pekerjaan. Berikut kami sajikan beberapa cerita yang kami dapatkan dari beberapa sumber.

Dilansir dari regional.kompas.com, Ipah Hanipah menceritakan perjalannya selama belasan tahun menjadi guru honorer.

Pada awal karirnya sebagai guru, yaitu pada tahun 2007, Ipah Hanipah mengajar sebagai guru Geografi di SMA Negeri 1 Sindangwangi, Kab. Majalengka, Prov. Jawa Barat.

Pada saat itu, SMA Negeri 1 Sindawangi baru dibangun. Tujuannya agar Warga Sindawangi memiliki fasilitas sekolah dan bisa belajar dengan baik. Karena itulah, guru-guru yang dicari adalah guru honorer.

Pada saat itu, Ipah hanya digaji sebesar Rp50.000. Selain itu, gajinya pun habis dipakai untuk ongkos bolak-balik, karena Ipah tidak bisa menggunakan kendaraan.

Namun pada saat ini, Ipah telah mendapatkan gaji yang lebih layak. Di akhir wawancaranya dengan Kompas, Ipah mengungkapkan kenapa ia masih bertahan menjadi guru honorer meskipun gajinya tidak banyak. Alasannya karena ia bahagia dengan anak didiknya, dan suka kabandelan mereka.

Dari cerita Ipah di atas kita bisa menyimpulkan bahwa guru-guru honorer yang cinta akan pekerjaan mereka akan tetap bertahan, meskipun uang yang mereka dapat tidak banyak.

Cerita lainnya kami dapat dari rise.smeru.or.id, tentang guru honorer yang berjuang untuk menjadi PNS. Namanya adalah Ibu Safira. Seorang guru honorer di Kota Bukittinggi.

Lulus Diploma 2 pada tahun 2006, Ibu Safira mendapatkan kesempatan untuk menjadi guru honorer di sebuah SD Negeri di tahun yang sama. Setelah itu, pada tahun 2011 ia melanjutkan kuliah untuk mendapatkan gelar sarjana. Akhirnya pada tahun 2014, Ibu Safira Lulus dengan menyandang gelar S1.

Perjuangannya untuk menjadi PNS telah lama ia lakukan. Setidaknya, Ibu Safira sudah mengikuti 4 kali Tes CPNS. 3 kali saat ia masih menyandang gelar D2, dan 1 kali setelah bergelar S1. Setelah itu, pada 2018 Ibu Safira pun mencoba lagi untuk mengikuti Tes CPNS. Sayangnya tidak bisa, karena umurnya lebih 2 bulan daripada batas umur pendaftar.

Lihat juga : Anda Guru Honorer? Inilah 5 Tips Dapat Penghasilan Tambahan!

Situs web tersebut tidak menyebutkan besaran gaji Ibu Safira. Tapi, dari informasi yang kami dapatkan, gaji guru honorer di Sumatera Barat Sekitar Rp35.000 per jam. Jika Ibu Safira bekerja 42 jam per minggu. Maka gajinya sebagai guru honorer hanya Rp1.470.000 saja. Perlu diingat, itu hanya spekulasi kami saja. Angka tersebut terpaut cukup jauh dari UMK Bukittinggi yang mencapai sekitar Rp1,8 jutaan.

Jika ingin menjadi guru honorer, bukan ilmu saja yang harus dipersiapkan. Mental yang kuat dan mencintai pekerjaan juga harus dimiliki oleh Anda. Karena seperti kita tahu, sulitnya menjadi PNS dan masih banyak guru honorer yang belum digaji dengan layak. Bahkan pengabdian mereka bisa dibilang tanpa kepastian.