Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Membangun Motivasi dan Karakter Adalah Peran Guru yang Tak Dapat Diambil Alih Teknologi

Membangun Motivasi dan Karakter Adalah Peran Guru yang Tak Dapat Diambil Alih Teknologi

Peran teknologi dalam dunia pendidikan semakin terasa besar ketika pandemi Covid-19 melanda dunia. Para guru harus terus berinovasi mengikuti perubahan. Agar peran guru dalam dunia pendidikan tidak diambil oleh teknologi.

Itulah salah satu hasil pertemuan praktisi dunia bertajuk EdHeroes Forum Asia: Indonesia Chapter. Praktisi pendidikan yang hadir di antaranya dari Indonesia, Taiwan, Jepang, India, Thailand, Laos, Malaysia, Singapura, Filipina. Dari Indonesia, dihadiri praktisi pendidikan Muhammad Nabil Satria yang merupakan Co-founder LatihID.

Dalam pertemuan yang dihadiri para praktisi pendidikan tersebut dijelaskan teknologi memang tidak akan menggantikan seluruh peran seorang guru. Namun, hampir sebagian peran guru dapat diambil alih teknologi. Peran guru yang tidak bisa diambil oleh teknologi yaitu peran membangun motivasi dan karakter.

Sejumlah aplikasi pendidikan online sudah bermunculan jauh sebelum ada pandemi Covid-19. Setelah pandemi terjadi, pemanfaatan aplikasi pendidikan semakin besar. Saat ini aplikasi pendidikan di smartphone sudah dapat melakukan banyak hal.

“Namun perangkat aplikasi pendidikan ini tidak dapat sepenuhnya menggantikan pendidik manusia,” kata Nabil Satria yang SekolahDasar.Net kutip dari Jawa Pos (18/10/21).

Menurutnya secanggih-canggihnya teknologi, kurang memiliki kreativitas dan emosi. Padahal emosi dan kreativitas sangat penting untuk memenuhi pendidikan yang layak bagi siswa. Teknologi tidak akan menggantikan peran guru sepenuhnya. Namun teknologi menjadi sarana membantu pembelajaran.


Sementara itu, pendiri sekaligus CEO Global Moonshots in Education Esther Wojcicki dalam pertemuan tersebut meminta para guru sedunia mengubah cara pandang atau mindset. Dengan demikian cara guru mengajar juga harus diubah.

“Kita para guru, perlu bergerak mendampingi siswa. Tak perlu menjadi superpintar, tapi harus bisa memotivasi,” kata Esther.

Tidak hanya guru, paradigma baru juga harus dimiliki para orang tua siswa. Orang tua sering menganggap mereka lebih banyak tahu. Padahal mereka juga perlu belajar dari anak-anak. Saat sumber informasi menjadi jauh lebih beragam dan platform internet menjadi konsumsi rutin anak-anak, maka orang tua kini mestinya lebih banyak mendengar.