Menentukan Perkembangan Intelektual dan Moral Anak Melalui Sastra Anak
Masa anak-anak merupakan fase perkembangan yang sangat labil. Pada masa tersebut, anak-anak sangat mudah menerima berbagai hal, baik positif maupun negatif. Apa yang lebih banyak mereka terima pada masa anak-anak, akan menentukan perkembangan intelektual maupun moral mereka pada saat dewasa nanti. Sebagai orang tua, tentunya tidak ada satupun di antara kita yang menginginkan anak, adik, atau bagian dari keluarga kita kelak menjadi orang yang tidak bermoral. Untuk itu, sejak dini anak-anak harus sudah mulai dibiasakan dan diajarkan hal-hal positif sehingga hal-hal positif itu nanti yang akan mengasah intelektual dan moral ketika mereka dewasa nanti.
Pada usia prasekolah, anak-anak lebih bersifat reseptif. Artinya, anak-anak lebih banyak menerima berbagai masukan (informasi maupun pengalaman) yang diterimanya melalui orang tua, keluarga, maupun lingkungan pergaulannya. Namun, pada usia sekolah, anak-anak umumnya sudah mulai produktif. Artinya, anak-anak mulai belajar memproduksi atau mencari informasi maupun pengalamannya sendiri dari realitas kehidupan di sekelilingnya. Alangkah baiknya jika pada masa ini, anak-anak disuguhkan dengan berbagai bacaan yang dapat memperkaya intelektual dan moral. Salah satu alternatif bacaan yang penting diberikan kepada anak-anak dalam rangka memperkaya intelektual serta membentuk karakter dan budi pekerti anak adalah bacaan karya sastra, khususnya sastra anak.
Sastra berbicara tentang hidup dan kehidupan, yang semuanya diungkapkan dengan cara dan bahasa yang khas. Cara bahasa yang digunakan untuk mengungkapkan berbagai persoalan hidup, atau biasa disebut gagasan, adalah khas sastra. Pengungkapan dalam bahasa sastra berbeda dengan cara-cara pengungkapan bahasa selain sastra, yaitu cara-cara pengungkapan yang telah menjadi biasa, lazim, atau yang itu-itu saja. Dalam bahasa sastra terkandung unsur dan tujuan keindahan.
Sastra anak adalah sastra yang secara emosional psikologis dapat ditanggapi dan dipahami oleh anak, dan itu pada umumnya bermula dari fakta yang konkret dan mudah diimajinasikan. Huck dkk menyampaikan isi kandungan yang terbatas sesuai dengan jangkauan emosional dan psikologi anak. Sastra anak dapat berkisah tentang apa saja, bahkan yang menurut ukuran dewasa tidak masuk akal. Misalnya berkisah tentang binatang yang dapat berbicara, bertingkah laku, berpikir dan berperasaan layaknya manusia. Imajinasi dan emosi anak dapat menerima cerita itu secara wajar dan memang begitulah seharusnya menurut jangkauan pemahaman anak.
Peran sastra sebagai salah satu alat pendidikan yang seharusnya dimanfaatkan dalam dunia pendidikan, karena dapat membentuk dan mengembangkan kepribadian anak (character building). Taraf pertumbuhan dan perkembangan yang melibatkan berbagai aspek kemandirian yang meliputi: perkembangan emosional; perkembangan intelektual; perkembangan imajinasi; pertumbuhan rasa sosial; dan pertumbuhan rasa etis dan religius, dan nilai pendidikan yang di dalamnya terdapat: eksplorasi dan penemuan; perkembangan bahasa; pengembangan nilai keindahan; penanaman wawasan multikultural; dan penanaman kebiasaan membaca.
*) Artikel ditulis oleh Arie Sanjaya, salah satu guru di SD Negeri 1 Sabang provinsi Aceh.