Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Setiap Anak Berbeda, Stop Membandingkan Dengan Anak Lain

Setiap Anak Berbeda, Stop Membandingkan Dengan Anak Lain
Apakah Anda suka membandingkan anak dengan anak tetangga? Pahamilah bahwa setiap anak berbeda. Jadi stop membandingkan dengan anak lain.

Hubungan orangtua dan anak pada dasarnya adalah ikatan penuh sayang. Orangtua tentu ingin anak jadi manusia yang sukses dan bermanfaat, begitu pula anak ingin membuat orangtua mereka bangga. Hanya saja kadang orangtua malah membandingkan anak sendiri dengan anak orang lain. Padahal setiap anak berbeda, jadi stop membandingkan dengan anak lain.

Kendati terdengar sederhana, ucapan ‘Kamu kok nggak seperti anaknya bu A sih, dia hebat bisa juara kelas’ atau ‘Kok kamu kalahan, makanya rajin latihan kayak anaknya pak S’ bisa membuat anak sakit hati. Meskipun tujuan Anda adalah agar buah hati termotivasi mencetak prestasi, tetap saja membandingkan anak sendiri dengan anak orang lain bukanlah sesuatu yang baik.

Bahkan seorang anak bisa tertekan dan akhirnya dipenuhi oleh emosi negatif karena orangtuanya sendiri suka membandingkan dirinya. Jadi karena setiap anak berbeda, stop membandingkan dengan anak lain. Berikut ini adalah beberapa efek negatif yang bisa ditimbulkan dan perilaku orangtua yang suka membandingkan anak mereka:

1. Anak Jadi Minder


Efek buruk pertama yang dirasakan anak lantaran dirinya suka dibanding-bandingkan adalah menjadi minder. Bagaimana tidak minder, orangtua akan selalu membandingkan pencapaiannya dengan temannya. Anak pun akhirnya kehilangan rasa percaya diri dan bakal kesulitan bergaul dengan teman-temannya sendiri.

2. Pribadi Anak Jadi Tertutup dan Stres


Berdampak dari dirinya yang sulit bergaul lantaran minder, bukan tak mungkin anak akan menjadi sosok yang benar-benar tertutup. Dia bahkan akan berbohong mengenai hasil ujian yang diperoleh, lantaran orangtua bakal membandingkan nilainya. Kondisi ini jelas tidak baik bagi tumbuh kembang anak karena bisa membuatnya jadi stres.

Seperti dilansir dari Being the Parent, perilaku orangtua yang kerap membandingkan dirinya dengan orang lain membuatnya terbebani. Anak akan menekan dirinya untuk memperoleh hasil sesuai harapan orangtuanya, supaya tidak dibandingkan kembali. Jangan diremehkan, anak-anak juga bisa merasakan stres seperti yang dialami oleh orang dewasa.

3. Menimbulkan Jiwa Pendendam


Efek dari anak yang selalu menyimpan seluruh keluh kesahnya sendiri adalah dia akhirnya menumpuk-numpuk kekesalan. Kekesalan yang akhirnya bertambah banyak ini bukan tak mungkin menimbulkan jiwa pendendam yang sangat kuat. Bahkan bisa saja dia melakukan hal buruk kepada orang lain, termasuk rekannya yang selalu dibanding-bandingkan.

Jiwa pendendam yang sudah muncul sejak kecil bisa saja ikut tumbuh semakin besar saat anak dewasa. Dendam yang dipendam dalam waktu lama dan akhirnya meledak bisa membuat siapapun bertingkah di luar nalar. Untuk itulah meskipun terdengar sepele, orangtua benar-benar tidak boleh membandingkan buah hatinya sendiri dengan orang lain.

4. Menumbuhkan Kebencian


Bukan cuma menyimpan dendam, kebencian bisa saja tumbuh dari anak yang selalu dibandingkan. Benci kepada siapa? Kepada lingkungan, kepada teman yang jauh lebih pintar dan kepada orangtua. Anak yang benci orangtuanya jelas membuat hubungan di dalam rumah tidak baik, sehingga komunikasi antara anak dan orangtua memburuk.

5. Mencari Pelarian Negatif


Saat anak merasa orangtua yang seharusnya jadi pihak pendukungnya selalu membandingkan, maka mereka bakal merasa sendiri. Anak yang sendiri dan tertutup bisa saja mencari pelarian ke hal lain. Sama seperti orang dewasa, lari dari masalah memang jalan keluar termudah. Hanya saja ini bisa saja menjadi lebih buruk kalau anak lari ke hal-hal yang berbau negatif.

6. Bakat Anak Bisa Hilang


Lantaran setiap anak berbeda, Anda harus berhenti membandingkannya dengan anak lain. Bahkan menurut Ratih Zulhaqqi selaku psikolog anak dan remaja, membanding-bandingkan adalah perilaku yang tidak diperbolehkan. Orangtua yang melakukan ini sama saja ‘membunuh’ bakat anak lantaran anak tidak cukup percaya diri untuk mengembangkan kemampuannya.

Motivasi seorang anak tak akan tumbuh secara efektif jika orangtua membandingkannya dengan orang lain. Alih-alih dengan temannya, membandingkan dengan kakak atau adik kandungnya saja juga tak baik. Kenapa begitu? Karena setiap anak memiliki sifat dan kemampuan berbeda. Orangtua yang bijak seharusnya tidak boleh menuntut mereka untuk jadi sempurna.

Kalau memang buah hati Anda tidak memiliki kemampuan matematika secemerlang kakaknya, maka biarkan saja. Anda hanya perlu menuntunnya ke bidang yang disukai sehingga dia akan mampu mengembangkan diri lebih baik. Dengan fakta bahwa setiap anak berbeda, stop membandingkan dengan anak lain sekarang juga.