Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Alami Tekanan Psikologi, Anak Perlu Disiapkan Sambut PTM Terbatas

Alami Tekanan Psikologi, Anak Perlu Disiapkan Sambut PTM Terbatas

Anak-anak lebih banyak berada di dalam rumah selama pandemi Covid-19. Menurut penelitian, anak-anak mengalami gejala tekanan psikologis. Mulai dari depresi, kecemasan, dan stres. Psikologis anak-anak perlu dipersiapkan ketika kelak pemerintah membuka kembali pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas.

Sedianya pemerintah berencana membuka kembali PTM secara terbatas awal tahun pelajaran baru yang dimulai 12 Juli 2021. Tetapi dengan tingginya angka positif kasus Covid-19, rencana PTM tersebut bisa jadi mundur. Apalagi pemerintah kembali menerapkan PPKM darurat.

Para orang tua pun menghadapi situasi yang dilematis. Di satu sisi ada orang tua yang khawatir anaknya tertular Covid-19 jika beraktivitas di luar rumah. Di sisi lain ada yang khawatir dengan perkembangan anak karena terlalu banyak beraktivitas di rumah.

Sejatinya orang tua tak perlu khawatir soal perkembangan anak selama menerapkan pengasuhan yang tepat. Persoalan-persoalan psikologis yang terjadi pada anak-anak selama pandemi ini bisa diatasi dengan baik, melalui pengasuhan yang tepat. Termasuk ketika nanti anak-anak kembali bersekolah, juga harus dipersiapkan psikologisnya.

"Mengingat anak-anak sudah lebih dari setahun melakukan pembelajaran jarak jauh secara daring dengan mengandalkan sambungan internet," kata Psikolog Klinis Siloam Hospitals Balikpapan Patria Rahmawaty yang SekolahDasar.Net kutip dari Jawa Pos (03/07/21).

Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan di JAMA Pediatrics Journal, anak-anak yang mengalami karantina proses belajar di rumah akibat Covid-19 menunjukkan beberapa tanda tekanan sosial. Penelitian itu dilakukan kepada 2.330 anak sekolah di Hubei, Tiongkok.

Rahma mengtakan penelitian tersebut menunjukkan 22,6 persen anak-anak yang diobservasi mengalami gejala depresi. Kemudian 18,9 persen anak-anak mengalami kecemasan. Penelitian serupa di Jepang menyebutkan 72 persen anak-anak merasakan stress akibat pandemi.

Kondisi serupa juga terjadi di Indonesia. Data dari BNPB pada 2020 menyebutkan bahwa 47 persen anak mengalami bosan di rumah. Kemudian terkait dengan pembelajaran, sebanyak 35 persen anak merasa khawatir ketinggalan pelajaran. Lalu 15 persen anak merasa tidak aman, 20 persen anak merindukan teman-temannya, bahkan ada 10 persen anak merasa khawatir tentang kondisi ekonomi keluarga mereka.


Ia menyarankan ketika kelak PTM terbatas benar-benar dijalankan, perlu ada persiapan yang matang. Khususnya pada para siswa. Setidaknya dalam waktu dua pekan sebelum kegiatan PTM terbatas digelar, orang tua harus kembali membangun kebiasaan lama pada anak-anaknya.

Kemudian melatih anak-anak untuk mengerjakan tugas sendiri, mempersiapkan dan membereskan barang serta peralatan belajar. Pembiasaan ini penting karena yang terjadi selama pandemi ini, anak-anak sering tidur larut malam karena bermain gadget. Kemudian bangunnya terlalu siang.

Kemudian orang tua juga harus terus koordinasi dan komunikasi yang baik dengan pihak sekolah. Kemudian mulai berkomunikasi dengan anak untuk membangun komitmen menerapkan protokol kesehatan selama di sekolah. Anak juga jangan sampai gampang memberi stigma terhadap teman atau orang yang sedang sakit.