Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Tingkatan Membaca Pemahaman

Tingkatan Membaca Pemahaman

Kaitannya dengan tingkatan membaca pemahaman, Smith (Dalman, 2014: 87-88) mengelompokkan keterampilan membaca menjadi empat kategori, yaitu: (1) pemahaman literal, (2) interprestasi, (3) kritis, dan (4) kreatif.

1) Membaca pemahaman literal

Membaca pemahaman literal adalah pembaca hanya memahami makna apa adanya, sesuai dengan makna simbol bahasa yang ada didalam bacaan. Pemahaman literal dapat dikatakan sebagai pemahaman isi bacaan secara tersurat. Menurut Burn dkk (Dalman, 2014: 94) untuk membangun pemahaman literal, peserta didik  diberi panduan pertanyaan arahan sebagai berikut.

a) Siapa, untuk menyatakan orang/ binatang atau tokoh di dalam bacaan

b) Apa, untuk menanyakan barang dan peristiwa.

c) Dimana, untuk menanyakan tempat.

d) Kapan, untuk menanyakan waktu.

e) Bagaimana, untuk menanyakan proses jalannya suatu peristiwa alasan tertentu.

f) Mengapa, untuk menanyakan suatu sebagaimana disebutkan di dalam bacaan.

Somadayo (2011: 20) mengungkapkan keterampilan literal adalah keterampilan pembaca untuk mengenal dan menangkap isi bacaan yang tertera secara tersurat (eksplisit). Artinya, pembaca hanya menangkap informasi yang tertera cetak secara literal (tampak jelas) dalam bacaan.

Pada dasarnya ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi keterampilan seseorang dalam memahami isi bacaan secara literal. Faktor yang memengaruhi keterampilan memahami isi bacaan secara literal, yaitu: 1) banyaknya perbendaharaan kata yang dimiliki, 2) pengalaman membaca dengan teks yang sama, dan 3) skemata pembaca lainnya yang mendukung, seperti pengalaman membaca berbagai teks, menyimak, atau mendengarkan berita/ informasi, dan melihat atau mengamati keadaan alam di sekelilingnya (Dalman, 2014: 95).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca literal merupakan kegiatan membaca sebatas mengenal dan menangkap arti secara tersurat sehingga pembaca hanya berusaha menangkap informasi secara literal pada bahan bacaan. Pemahaman literal merupakan syarat mutlak yang harus dimiliki seorang pembaca untuk memahami isi bacaan yang lebih tinggi tingkatannya.

2) Membaca pemahaman interpretatif

Pada tingkat ini pembaca sudah mampu menangkap pesan secara tersirat. Artinya disamping pesan-pesan secara tersurat seperti pada tingkat pemahaman literal, pembaca juga dapat memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan. Syafi’ie (Dalman, 2014: 100) mengungkapkan bahwa pemahaman interpretatif harus didahului pemahaman literal yang aktivitasnya berupa: menarik kesimpulan, membuat generalisasi, memahami hubungan sebab akibat, membuat perbandingan-perbandingan, menemukan hubungan baru antara fakta-fakta yang disebutkan dalam bacaan, pembaca harus mampu menafsirkan maksud si pengarang yang berada di luar teks bacaan.

Dalam membaca interpretatif, membaca memainkan peran aktif untuk membangun makna dari apa yang dinyatakan di dalam teks (Somadayo: 2011, 22). Membaca interpretatif meliputi membuat simpulan dari informasi yang implisit dengan mengkombinasikan informasi dalam teks dengan pengetahuan latar yang dimiliki. Lebih lanjut Rubin (Somadayo, 2011:22) mengemukakan bahwa pemahaman interpretatif menuntut keterampilan berpikir lebih tinggi.

Pada dasarnya tujuan membaca interpretatif yaitu agar para peserta didik  mampu menginterpretasikan atau menafsirkan maksud pengarang. Maksud yang disampaikan pengarang tidaklah selalu tersurat didalam teks, namun bisa saja maksudnya disampaikan secara tersirat. Dalman (2014: 100) mengemukakan tujuan membaca interpretatif di sekolah dasar adalah untuk membangkitkan daya imajinasi anak sehingga, anak nantinya mampu berimajinasi secara kreatif. Tingkat membaca interpretatif juga dapat membantu peserta didik  mengidentifikasi hubungan antara pengalaman peserta didik  itu sendiri, baik pengalaman langsung  maupun pengalaman tak langsung dengan pengalaman pelaku dalam bacaan, mengaplikasikan suatu hukum atau suatu proses kepada suatu masalah, gagasan, atau situasi baru, kemudian menentukan jawaban yang benar.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan membaca pemahaman interpretatif merupakan kegiatan membaca yang bertujuan agar para peserta didik  mampu menginterpretasikan atau menafsirkan maksud pengarang yang menuntut keterampilan berpikir lebih tinggi. Membaca interpretatif meliputi membuat simpulan dari informasi yang implisit dengan mengkombinasikan informasi dalam teks dengan pengetahuan latar yang dimiliki.

3) Membaca pemahaman kritis

Pada tingkat ini, pembaca tidak hanya mampu menangkap makna tersirat dan tersurat, tetapi juga mampu menganalisis dan sekaligus membuat sintesis dari informasi yang diperolehnya melalui bacaan. Disamping itu, pembaca juga mampu melakukan evaluasi atau penilaian secara akurat. Pembaca dalam tingkat ini sudah mampu membuat kritik terhadap suatu bacaan atau suatu buku.

Albert (Tarigan, 2015: 92) berpendapat bahwa membaca kritis (critical reading) adalah sejenis membaca yang dilakukan secara bijaksana, penuh tenggang hati, mendalam, evaluatif, serta analitis, dan bukan hanya mencari kesalahan. Harjasujana (Dalman, 2014: 120) mengemukakan bahwa membaca kritis merupakan suatu strategi membaca yang bertujuan untuk memahami isi bacaan berdasarkan penilaian yang rasional lewat keterlibatan yang lebih mendalam dengan pikiran penulis yang merupakan analisis yang dapat diandalkan. Selanjutnya, Somadayo (2011: 25) mengartikan membaca kritis merupakan, aktivitas membaca dimana pembaca terlihat aktif secara mental untuk mengelola materi yang dibaca. Kegiatan mengelola materi tersebut meliputi aktivitas memahami secara kritis, menerapkan secara kritis, menyintesis secara kritis, dan mengevaluasi secara kritis.

Berdasarkan beberapa pendapat, dapat disimpulkan bahwa membaca kritis merupakan kegiatan membaca yang bertujuan untuk memperoleh pemahaman secara menyeluruh tentang isi bacaan.

4) Membaca pemahaman kreatif 

Pembaca tingkat ini memiliki pemahaman lebih tinggi dari ketiga tingkat sebelumnya. Selesai membaca, pembaca akan mencoba atau bereksperimen membuat sesuatu yang baru berdasarkan isi bacaan. Safi’ie (Somadayo, 2011: 25) berpendapat pemahaman kreatif adalah pemahaman yang paling tinggi tingkatannya dalam proses membaca. Dalam proses pemahaman kreatif, pertama-tama pembaca memahami bacaan secara literal apa yang dikatakan penulis. Kemudian ia mencoba menginterpretasikannya dan memberikan reaksinya berupa penilaian terhadap apa yang dikatakan penulis. Selanjutnya, ia mengembangkan pemikiran-pemikirannya sendiri untuk membentuk gagasan baru, mengembangkan wawasan baru, pendekatan baru, serta pola pikirnya sendiri. Kemudian secara kreatif, ia menciptakan sesuatu, baik hal-hal yang bersifat konseptual maupun bersifat praktis. Selanjutnya Burdansyah (Dalman, 2014: 128) mengartikan membaca kreatif adalah membaca yang tidak berhenti setelah bacaan atau buku tuntas dibaca, dan masih ada proses tindak lanjut yang tujuan akhirnya berupa peningkatan kualitas hidup dan tingkatan kualitas hidup yang lebih bermakna dalam kegiatan membaca adalah kreatif. 

Lihat juga : Cara Agar Kegiatan Anak Membaca Buku Jadi Menyenangkan

Nurhadi (Somadayo, 2011: 26) mengemukakan bahwa, seseorang dikatakan memiliki pemahaman membaca kreatif jika dapat memenuhi kriteria sebagai berikut: (1) kegiatan membaca tidak berhenti sampai pada menutup buku, (2)mampu menerapkan hasil untuk kepentingan hidup sehari-hari, (3) munculnya perubahan sikap dan tingkah laku setelah proses membaca selesai, (4) hasil membaca berlaku sepanjang masa, (5) mampu menilai secara kritis dan kreatif bahan bacaan, dan (6) mampu memecahkan masalah kehidupan sehari-hari berdasarkan hasil bacaan yang telah dibaca. Dari beberapa pendapat para ahli, dapat disimpulkan membaca kreatif merupakan tingkatan tertinggi dari keterampilan seseorang yang dalam pencapaiannya harus menguasai membaca literal, interpretatif dan kriitis terlebih dahulu.