Sekolah Daring Dinilai Tak Efektif, Guru SD Buka Kelas di Masjid
Belajar secara daring atau onlien tidak efektif jika diterapkan kepada anak SD tanpa ada tatap muka. |
Saat ini sebagian besar sekolah belum diizinkan beroperasi sejak terjadinya pandemi Covid-19, salah satunya di Kabupaten Ciamis. Kegiatan pembelajaran jarak jauh secara daring atau online dinilai kurang efektif. Jadinya, sejumlah siswa kelas 4 Sekolah Dasar Negeri (SDN) 4 Kertasari melakukan KBM tatap muka di Masjid Al Ikhlas, lingkungan Citapen, Kelurahan Kertasari, Kecamatan Ciamis.
Walaupun dilakukan kegiatan pembelajaran tatap muka di pelataran masjid, guru dan siswa menerapkan protokol kesehatan untuk pencegahan penulran Covid-19, mulai bermasker, menjaga jarak, sampai diharuskan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran dikurangi dengan dibagi beberapa kelompok agar tidak berkerumun. Dengan begitu, potensi siswa terpapar Covid-19 dapat diminimalisasi.
Wali Kelas IV SDN 4 Kertasari, Yuyu Yuliana mengatakan bahwa KBM terbatas baru dilakukan satu kali di tahun ajaran baru sekolah. Ia mengatakan sebelumnya sendiri, KBM dilakukan secara daring. Pada tahun ajaran baru ini kita belum bisa tatap muka di sekolah karena aturannya masih secara daring dan luring (luar jaringan).
Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan tatap muka seperti itu, dijelaskan Yuyu, karena belajar secara daring tidak efektif jika diterapkan kepada anak SD tanpa ada tatap muka. Oleh karena itu, setiap satu pekan sekali guru harus bertatap muka dengan siswa guna memberikan materi pembelajaran di luar sekolah.
Dalam prosesnya sendiri, ia menyebut bahwa KBM atau pembelajaran tatap muka dilakukan secara terbatas. Untuk jumlah siswa yang diajarnya kelas 4 saat ini sendiri ada 23 orang. Ia membaginya menjadi 3 kelompok, didasarkan pada zonasi tempat tinggal para siswa. Setiap kelompoknya berisi 7 sampai 8 orang siswa.
Lihat juga: Guru Harus Berani Kreatif Hindari Mengajar Secara Monoton
Dari tiga kelompok siswa, salah satunya harus melakukan kegiatan belajar mengajar di pelataran masjid, sedangkan dua kelompok lainnya di salah satu rumah siswa. Penentuan lokasi belajar bersama ini sendiri ditentukan oleh orang tua siswa, dan guru hanya tinggal datang ke tempat untuk melaksanakan pembelajaran.
Pembelajaran secara muka sendiri, dikatakan Yayu diperlukan untuk menjelaskan secara langsung materi ajar yang sulit dipahami jika dijelaskan secara daring. Proses pembelajaran secara daring dan luring di luar lingkungan sekolah sendiri diakuinya tidak efektif. Pasalnya, tidak semua siswa bisa memahami langsung materi ajar tanpa ada penjelasan dari guru.
"Kalau untuk materi yang perlu penjelasan, memang harus dilakukan secara tatap muka," kata Yuyu yang SekolahDasar.Net kutip dari Merdeka (25/07/20).
Namun karena pandemi Covid-19 masih berlangsung dan belum menunjukkan penurunan, kegiatan di lingkungan sekolah pun belum bisa dilakukan. Jadinya, segala cara harus tetap dilakukan agar siswa bisa terus belajar, namun dengan tidak mengorbankan keselamatan mereka. Ia mengaku ingin kembali ke sekolah, tapi aturan pemerintah belum membolehkan.