Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Ingin Anak-anak Rukun dan Tak Sering Bertengkar, 6 Cara Ini Wajib Anda Lakukan

Ingin Anak-anak Rukun dan Tak Sering Bertengkar, 6 Cara Ini Wajib Anda Lakukan

Mempunyai anak-anak yang rukun dan saling menyayangi tentu merupakan dambaan setiap orang tua. Kerukunan dan kekompakan anak ternyata harus dipupuk sejak dini agar tetap memiliki kebersamaan hingga dewasa. Namun, kadang di usia anak-anak mereka kerap bertengkar dengan saudara-saudaranya karena berbagai sebab. Mulai dari hal sepele seperti berebut mainan hingga berebut perhatian orang tua. 

Nah, bagaimana agar anak tidak selalu bertengkar? Beberapa cara di bawah ini perlu Anda coba.

1. Mengajarkan Kakak Mengurus Adiknya


Saudara kandung suka bertengkar kadang disebabkan oleh perasaan cemburu pada diri kakak ketika adiknya lebih banyak mendapatkan perhatian. Hal ini ternyata dapat dihindari sejak kelahiran adik. Agar kakak tidak terlarut dalam rasa cemburu yang berlebihan, ajak ia untuk membantu Anda mengurus adiknya. 

Diminta melakukan hal sederhana seperti memilihkan baju atau mengambil popok tentunya akan membuat sang kakak merasa diperlukan. Biarkan kakak selalu menemani adiknya dengan pengawasan orang dewasa. Ketika adik mulai dapat diajak bermain, dorong kakak untuk mengajarinya berbagai permainan sesuai usianya. Dengan begitu rasa saling menyayangi akan terus tumbuh di antara kakak beradik. 

2. Biarkan Anak-anak Memiliki Pengalaman Bersama


Mengisi waktu bersama saudara sangat penting untuk mempererat hubungan persaudaraan. Anda dapat membuat aktivitas yang melibatkan semua anak seperti liburan, membersihkan dan mendekorasi rumah, atau berolahraga. 

Selain itu, apabila anak-anak mempunyai minat atau hobi yang sama, berikan fasilitas di rumah agar mereka bisa menjalankan hobinya bersama-sama. Misalnya, merangkai robot, menggambar, atau bermain musik. 

3. Hindari Bersikap Pilih Kasih


Orang tua yang menunjukkan sifat lebih sayang terhadap salah satu anak dapat memicu konflik antar saudara kandung. Bahkan, konflik tersebut dapat mempengaruhi hubungan mereka sampai dewasa. Maka, sebaiknya Anda tidak mengistimewakan salah satu anak dibandingkan yang lain. Karena tentunya setiap anak memiliki keistimewaan masing-masing di balik kekurangan yang ada.

4. Berikan Contoh Hubungan yang Baik dengan Saudara Kandung


Banyak penelitian yang menyatakan bahwa anak-anak lebih banyak mencontoh dari apa yang dilihat daripada yang dikatakan kepada mereka. Oleh sebab itu, Anda harus terlebih dahulu mencontohkan hubungan kakak-adik yang harmonis. Ceritakan saat-saat tak terlupakan bersama paman dan bibi mereka yang dapat diteladani. Tunjukkan keakraban dengan saudara-saudara Anda ketika berkumpul bersama keluarga besar. Hal ini dapat memberikan inspirasi kepada anak-anak tentang persaudaraan yang harmonis.

5. Ajarkan Konsep Kepemilikan


Banyak orang tua yang meminta kakak mengalah dengan adiknya, sehingga apa yang diminta adik seakan harus diberikan. Kebiasaan ini justru akan membuat anak tidak rukun. Sebaiknya, ajarkan anak-anak tentang konsep kepemilikan. Tegaskan bahwa mereka harus meminta izin jika ingin memakai barang saudaranya dan mengucapkan terima kasih setelah selesai. Cara ini dapat menghindarkan dari berebut, merusakkan atau menghilangkan barang yang akhirnya berujung pertengkaran.

6. Tanamkan Bahwa Keluarga Akan Selalu Ada


Ketika anak sudah mulai mengenal teman sebaya, mereka mungkin akan banyak menghabiskan waktu di luar daripada bermain dengan kakak dan adik di rumah. Memang anak tidak boleh dilarang bermain bersama teman-teman, tetapi ajarkan mereka untuk menyempatkan waktu bersama keluarga. Tanamkan bahwa persaudaraan akan bersifat selamanya, sedangkan teman hanyalah sementara. 


Dalam mempraktikkan keenam tips di atas, Anda harus melatih cara komunikasi yang tepat. Bagaimanapun, setiap anak mempunyai karakteristik berbeda satu sama lain. Cara Anda berbicara dengan mereka pun perlu disesuaikan, baik dari waktu, pilihan kata yang digunakan, maupun bahasa tubuh Anda ketika berbicara. Semuanya bukanlah aksi sekali jadi, melainkan pengajaran yang perlu diberikan berulang-ulang agar benar-benar tertanam pada diri anak-anak.