Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Kekerasan Atas Nama Pendidikan, Bolehkah?

Kekerasan Atas Nama Pendidikan, Bolehkah?

Saat ini bentuk kekerasan atas nama pendidikan masih dipertanyakan. Salah satu permasalahan yang seringkali dihadapi oleh guru di sekolah yakni mengenai cara memberikan hukuman yang tepat kepada peserta didiknya. Tidak hanya guru, bahkan termasuk orang tua. Apabila salah memberikan hukuman dapat dianggap sebagai bentuk kekerasan kepada anak.

Apalagi fenomena kenakalan anak dan remaja bukanlah menjadi fenomena baru. Kemungkinan akan ada terus sepanjang masa. Masa anak-anak dan remaja merupakan masa dimana sedang melakukan pencarian jati diri. Oleh karena itu, perlu mendapatkan pendampingan harus guru sebagai pendidik untuk mengarahkan generasi muda bangsa.

Bolehkah Tindak Kekerasan Atas Nama Pendidikan?

Perilaku siswa tidak disiplin, melawan, sulit diberitahu, dan tidak mengerjakan tugas termasuk masalah klasik bagi kalangan pendidik saat melaksanakan tugasnya. Untuk itu, kalangan pendidik perlu cara untuk mengatasi perilaku tersebut. Apakah perlu mengatasinya dengan menggunakan kekerasan?

Lihat juga : Sekolah Ramah Anak Bukan Sekadar Bebas dari Kekerasan

Hukuman dan kekerasan mungkin sama-sama berpotensi akan menyakiti atau melukai anak,  baik itu psikis maupun fisik. Namun hal tersebut sama-sama bertujuan untuk menghentikan perilaku-perilaku tertentu pada anak. Hukuman lebih dilandasi komitmen moral yang memiliki tujuan mendidik. Sementara bentuk kekerasan bukan bertujuan untuk mendidik. Sebab, terdapat emosi dan dampaknya cukup berbahaya bagi fisik atau psikis anak.

Kerasnya seorang guru terhadap siswa dapat timbul akibat kenakalan atau tindakan tertentu yang dilakukan siswa tersebut. Padahal tidak ada satu pun data yang mendukung mengenai korelasi antara kekerasan atas nama pendidikan dan kenakalan. Suasana pendidikan sehat yang terjadi dari cara mendidik yang baik. Persoalan mendidik tidak hanya tentang lunak ataupun keras, namun cara guru mampu membangkitkan semangat positif untuk berubah pada anak tersebut.

Sikap dalam Mendidik

Sebenarnya tidak semua anak apabila diberitahu dengan halus dapat langsung berubah menjadi baik. Bahkan saat semua anak diperlakukan dengan keras, belum tentu menjadi disiplin. Sebaiknya seorang guru dapat memahami perkembangan perilaku anak. Hal ini agar  memberikan treatment yang tepat saat anak melakukan perilaku menyimpang.

Pada usia anak dan remaja menjadi proses pencarian identitas diri yang lebih banyak melibatkan pola interaksi dengan orang lain. Bahkan interaksi serta respon orang lain akan turut mempengaruhi atau menjadi hal penting bagi kehidupannya. Pada masa tersebut, anak perlu mendapatkan pemahaman mengenai seperti apa dirinya.

Membimbing

Selain mendidik, tugas lain seorang guru yakni juga perlu membimbing. Caranya dengan membantu siswa menemukan berbagai potensi dirinya. Hal tersebut agar dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangan dan dapat tumbuh serta berkembang. Baik itu menjadi individu yang mandiri, produktif, dan bertanggung jawab.

Bimbingan dan didikan dapat dilakukan guru dengan berbagai pendekatan. Mulai dari keras maupun lunak, namun tidak dengan melakukan kekerasan meski atas nama pendidikan. Kekerasan tidak boleh dilakukan dalam bidang apapun, termasuk dalam bidang pendidikan. Makna dari kekerasan dalam pendidikan yakni tindakan yang terasa bagi siswa. Bahkan siswa tersebut akan merasakan sakit, baik secara fisik maupun secara psikologis.

Pemberian Hukuman yang Mendidik 

Maksud dari pemberian hukuman yang mendidik yakni agar dapat memberikan kesadaran siswa terhadap perilakunya yang salah. Kemudian anak tersebut berkomitmen untuk tidak mengulangi kesalahan tersebut. Kekerasan fisik berbeda dengan hukuman fisik yang diperbolehkan dalam konteks mendidik. Akan tetapi, tetap harus disepakati oleh guru, siswa, serta diinformasikan orang tua siswa.

Oleh karena itu, kekerasan atas nama pendidikan tidak diperbolehkan. Guru yang selalu mendidik dan membimbing siswa perlu mengedepankan nurani, bukan mengedepankan emosi.