Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Banyak Guru Belum Paham Hakikat Pendidikan, Yakni Memuliakan Peserta Didik

Banyak Guru Belum Paham Hakikat Pendidikan, Yakni Memuliakan Peserta Didik
Dalam upaya memuliakan peserta didik, guru haruslah memahami kebutuhan muridnya.

Tokoh nasional sekaligus Bapak pendidikan bangsa yakni Ki Hadjar Dewantara pernah menyebutkan bahwa pendidikan merupakan proses menuntun kekuatan kodrat peserta didik, menjadi manusia yang lebih sempurna dalam mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Namun dalam perkembangannya, masih banyak guru yang belum paham hakikat pendidikan itu sendiri.

Mayoritas guru-guru yang saat ini adalah cuma sekadar datang ke sekolah, memberikan materi pelajaran dan tugas lalu menilai pencapaian siswa. Siswa yang memperoleh nilai sempurna terbukti memperoleh ilmu dan proses pendidikan yang tepat. Apakah memang begitu? Padahal pada dasarnya, pendidikan bukan cuma sekadar memberikan pengetahuan alias transfer of knowledge.

Guru harus tahu dalam pendidikan, turut juga mengajarkan nilai (transfer of value), sekaligus budaya dan keagamaan (transfer of culture and religious). Dengan keempat hal itu, bisa disimpulkan kalau hakikat pendidikan adalah upaya dalam memanusiakan manusia alias memuliakan peserta didik. Apalagi untuk tenaga pendidik Sekolah Dasar (SD), guru haruslah memahami hakikat pendidikan.

Pentingnya Hakikat Pendidikan Bagi Guru SD


Di Indonesia, jenjang pendidikan dasar terdiri dari SD dan MI (Madrasah Ibtidayah) dan sederajat, serta SMP (Sekolah Menengah Pertama) dan MTs (Madrasah Tsanawiyah) dan sederajat. Melalui Pasal 17 UU Nomor 20 Tahun 2003, disebutkan kalau jenjang pendidikan dasar adalah pondasi yang sangat penting bagi aspek keimanan, kecerdasan, pengetahuan, keterampilan dan sikap anak-anak.

Karena itulah, ketika seorang guru SD gagal meletakkan pondasi-pondasi tersebut, tentu bakal memberikan pengaruh besar ke perkembangan anak. Hanya saja menurut Nana Suryana selaku Ketua Prodi PGMI IAILM Suryalaya, Tasikmalaya, masih banyak murid-murid dan guru jenjang SD/MI yang masih tidak memahami standar kompetensi untuk memuliakan peserta didik tersebut.

Karena itulah jika guru ingin memahami hakikat pendidikan dalam memanusiakan murid, tentunya harus tahu betul soal SKL (Standar Kompetensi Lulusan). Dengan SKL, guru bakal bisa membuat rencana sekaligus menerapkan proses belajar-mengajar yang lebih efisien dan efektif tentunya.

Untuk jenjang SD sendiri, SKL diatur dalam Permendikbud Nomor 20 Tahun 2016. Di mana dalam Permendikbud itu ada tiga hal utama yang harus dikuasai murid lulusan SD/MI yakni pengetahuan, keterampilan dan sikap.

Contoh Penerapan Hakikat Pendidikan di Sekolah Dasar


Supaya tujuan besar dalam memuliakan para murid bisa diwujudkan oleh para guru SD, memang diperlukan pendekatan humanistik. Seperti apa sih penerapan hakikat pendidikan dalam lingkup SD itu sendiri? Berikut ulasan lengkapnya:

1. Paham Kebutuhan Murid


Dalam upaya memuliakan peserta didik, guru haruslah memahami kebutuhan muridnya. Ingat, tidak semua murid itu sama sehingga dalam memperlakukannya, didasarkan pada kebutuhan individual serta kepribadian. Misalnya saja ada murid yang pendiam dan pemalu, pendekatan dalam pembelajaran jelas tak bisa dipaksakan seperti murid yang aktif.

2. Berkaitan dengan Kehidupan Sosial


Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, hakikat pendidikan adalah memberikan mengajarkan nilai-nilai kehidupan. Karena itulah dalam proses belajar-mengajar, guru sebisa mungkin melakukan pendekatan yang terfokus pada studi sosial alias mempelajari kehidupan sosial. Misalkan saja, kenalkan bahwa Indonesia adalah negara Bhinneka Tunggal Ika.

3. Murid Ikut Aktif


Terakhir, lantaran saat ini guru adalah fasilitator, maka murid haruslah terlibat aktif dalam proses pendidikan. Gunakan metode diskusi, dengarkan pendapat mereka sampai ajarkan musyawarah untuk mufakat agar murid merasa mereka dihormati dan dimuliakan di kelas.

Tentunya jika guru sudah paham hakikat pendidikan, proses belajar mengajar bisa diajarkan dengan maksimal. Akhirnya, murid akan tumbuh menjadi pribadi yang sesuai dengan kebutuhan bangsa dan negara.