Langkah Membangun Kedisiplinan Siswa Tanpa Kekerasan
Mengajarkan kedisiplinan pada anak didik merupakan suatu hal yang harus dilakukan oleh para guru agar siswa baik dan mempunyai tata krama. Dalam langkah membangun kedisiplinan siswa tanpa kekerasan itu sangatlah mudah diterapkan. Jadi dengan menerapkan dan mengajarkan kedisiplinan siswa tanpa melakukan kekerasan akan membuat siswa tidak tertekan dan tidak merasa teraniaya.
Inilah Langkah Membangun Kedisiplinan Siswa Tanpa Kekerasan
Banyak sekali langkah membangun kedisiplinan siswa tanpa kekerasan bisa dilakukan oleh para guru di sekolah. Mengajarkan kedisiplinan pada siswa mendatangkan banyak manfaat, salah satunya pandai mengatur waktu dan melatihnya tanggung jawab.
Namun, jangan sampai proses ini membuat siswa dan anak didik merasa sedang dihukum, ya. Memang disiplin perlu ditanamkan pada anak didik hal ini merupakan cara membagi waktu dan jadwal sekolah agar tidak terbuang sia-sia atau lalai dalam tanggung jawabnya sebagai siswa sekolah.
Lantas bagaimana cara mengajarkan disiplin siswa yang harus guru lakukan tanpa marah-marah atau bertindak kekerasan. Berikut langkah benarnya.
1. Membuat Aturan Jelas dan Konsisten
Aturan jelas dan konsisten akan memudahkan diterapkan oleh para siswa. Selain itu, siswa tidak akan bingung tentang apa yang sebenarnya harus dilakukan, karena peraturan berlaku secara konsisten.
Guru perlu memberikan batasan-batasan jelas terkait perilaku benar dan tidak, boleh dan tidak bolehkan dilakukan. Tapi, perlu diingat bahwa aturan jelas bukan berarti terlalu ketat. Jangan sampai siswa merasa dikekang atau terlalu diatur.
2. Memberikan Konsekuensi
Langkah membangun kedisiplinan siswa tanpa kekerasan selanjutnya adalah memberikan konsekuensi. Secara tenang dan tegas, cobalah untuk menjelaskan konsekuensi yang akan siswa dapatkan jika tidak menaati peraturan. Tentunya setelah menjelaskan alasan peraturan tersebut dilakukan.
Dalam memberikan atau menjelaskan konsekuensi, hindari menggunakan kata intonasi kasar. Sehingga terkesan sedang membawanya ke arah yang benar bukan menggurui atau memarahi. Cobalah bersuara lembut dan jelas agar siswa benar-benar paham akan konsekuensinya.
3. Memberikan Contoh yang Baik
Agar siswa menaati peraturan di sekolah agar tetap disiplin, maka sebagai guru harus memberikan contoh yang baik sama pula. Misalnya ketika masuk pagi ke sekolah secara tepat waktu dan tidak terlambat.
Otomatis siswa juga akan meniru hal tersebut. Jadi intinya bukan hanya siswa saja yang harus disiplin akan hal peraturan sekolah, guru juga harus melakukannya.
4. Beri Jeda Antara Kesalahan dengan Hukuman
Memberikan jeda kesalahannya dengan hukuman itu artinya, jangan langsung menghakimi anak yang berbuat kesalahan seketika itu juga. Banyak guru membuktikan cara ini kurang efektif. Misalnya, ada satu anak mengganggu siswa lain ketika belajar.
Kemudian Anda langsung memarahinya, tentu hal itu akan membuat seisi kelas fokus pada Anda dan anak itu tentunya. Pada tahap ini tidak apa menasehati, tapi ketika Anda kehilangan kontrol dan terus memarahinya, Anda akan melihat seisi kelas mulai bersimpati pada siswa tersebut.
Lihat juga : Memberi Hukuman Siswa Untuk Memecahkan Masalah, Efektifkah?
Dalam waktu singkat, si pembuat onar akan mengambil sisi untung dari kesalahan Anda. Ia akan menghilangkan respect pada diri Anda dengan bantuan temannya.
Gunakan cara lebih mudah saja seperti bicara pribadi pada sang siswa tersebut, menulis sikap tak pantasnya pada selembar kertas, atau menandatangani kontrak dimana anak setuju untuk tidak mengulangi perbuatannya lagi.
5. Membawa Ke Kantor Kepala Sekolah
Langkah membangun kedisiplinan tanpa adanya kekerasan lainnya adalah dengan cara membawa ke kantor kepala sekolah sebagai solusi terakhir. Hampir semua siswa jika sudah berhadapan langsung dengan kepala sekolah menjadi urusan serius. Jadi seperti ini siswa akan kapok dan tidak akan mengulangi kesalahannya lagi.
Dalam langkah membangun kedisiplinan siswa tanpa kekerasan tersebut harus para guru ketahui dan tentu diterapkan agar siswa tidak memberontak. Tapi, perlu diingat berbicara pada siswa dengan cara baik bukan emosi, agar siswa tidak menganggap dirinya teraniaya.